Kemenkominfo Evaluasi Operasional Starlink – Kemenkominfo Evaluasi Operasional Starlink Per Tiga Bulan. Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kemenkominfo menyatakan akan melakukan evaluasi operasional satelit orbit rendah milik miliarder Elon Musk, Starlink, setiap tiga bulan.
Upaya evaluasi ini bertujuan untuk menilai kualitas layanan dan keamanan siber selama beroperasi di Indonesia.
”Satelit Starlink hadir di Indonesia lewat PT Starlink Services Indonesia. Belum sebulan beroperasi resmi. Per tiga bulan, kami akan evaluasi operasionalnya,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi di sela-sela konferensi topgaming77 pers judi daring, Jumat (24/5/2024), di Jakarta.
Pernyataannya itu menanggapi pertanyaan wartawan seputar isu pro-kontra keamanan dan kedaulatan siber dari hadirnya Starlink. Apalagi, Starlink diketahui telah memegang peranan penting bagi militer Ukraina sejak awal perang dengan Rusia.
Tanpa layanan internet secara penuh dari Starlink, tentara Ukraina tidak dapat dengan cepat berkomunikasi dan berbagi informasi tentang serangan mendadak. Baru-baru ini, Rusia telah mengerahkan teknologi canggih untuk mengganggu layanan Starlink.
Budi menegaskan, sebelum beroperasi resmi di pasar ritel, PT Starlink Services Indonesia telah mengurus segala perizinan di Indonesia. Semua persyaratan, termasuk izin jaringan tertutup sateli (VSAT), jasa internet (ISP), hak labuh, dan pusat pengendali operasional jaringan (NOC), sudah dipenuhi sehingga uji laik operasi bisa dikeluarkan Kemenkominfo.
Kemenkominfo bahkan telah memeriksa sistem dan perangkat penyelenggaraan jaringan tertutup VSAT PT Starlink Services Indonesia, yakni lokasi NOC di PT Data Centre Indonesia (Karawang, Jawa Barat), lokasi hak labuh atau gateway (Cikarang, Jawa Barat), dan lokasi kolokasi (Gedung NTT Indonesia, Jakarta).
Hanya saja, menyoal urusan niaga PT Starlink Services Indonesia dengan operator telekomunikasi dan satelit lokal, Budi mengatakan bahwa urusan itu semestinya diawasi oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Seperti diketahui, beberapa hari terakhir harga perangkat Starlink yang semula ditawarkan Rp 7,8 juta lalu didiskon menjadi Rp 4,68 juta.
”Kalau diskon perangkat, itu ranah KPPU. Kami menjaga kesetaraan perlakuan PT Starlink Services Indonesia dengan operator satelit telekomunikasi, telekomunikasi seluler, dan ISP lokal,” katanya.
Budi menambahkan, pihaknya juga telah meminta PT Starlink Services Indonesia untuk memiliki fasilitas pelayanan konsumen di Indonesia supaya dapat menangani komplain konsumen. Dia beralasan, jika fasilitas itu tidak ada, pihak PT Starlink Services Indonesia yang akan dirugikan sendiri.
Kemenkominfo semestinya sensitif terhadap isu seperti ini (penyalahgunaan data pribadi).
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, saat dihubungi terpisah, berpendapat, operasional satelit Starlink di Indonesia wajib mempunyai kantor pelayanan konsumen dan server. Jika kedua fasilitas ini tidak terpenuhi, YLKI mengkhawatirkan adanya potensi penyalahgunaan data pribadi.
”Kemenkominfo semestinya sensitif terhadap isu seperti ini (penyalahgunaan data pribadi),” ucap Tulus.
Praktisi hukum dan regulasi telekomunikasi, I Ketut Prihadi, secara terpisah, mengatakan, keberadaan layanan ISP oleh Starlink setelah resmi berjualan di ritel pasar layanan akses internet sama seperti keberadaan operator layanan akses internet lainnya, baik yang melalui jaringan seluler, jaringan tetap, maupun satelit.
PT Starlink Services Indonesia adalah badan hukum Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan operator lain terkait dengan penyediaan layanan akses internet sehingga wajib bayar biaya hak penggunaan frekuensi radio, telekomunikasi, dan kontribusi dana pelayanan universal (universal service obligation/USO).
Masing-masing di antara mereka memiliki kelebihan dan kekurangan. Sebagai gambaran, layanan akses internet melalui jaringan seluler lebih cocok untuk aktivitas dengan mobilitas tinggi dan ingin kemudahan dalam mengakses internet. Sementara untuk layanan akses internet dengan jaringan tetap (fiber optik) biasanya digunakan untuk kebutuhan di rumah atau untuk bisnis dalam skala yang lebih besar.
Adapun Starlink yang berbasis satelit orbit rendah dapat menutup kekurangan layanan akses internet di daerah yang belum terbangun fasilitas infrastruktur jaringan seluler atau dari jaringan fiber optik. Ketut menyampaikan, pelanggan akan memilih operator mana yang, menurut mereka, kualitasnya bagus dan harganya tetap kompetitif.
”Selaku ISP, Starlink mempunyai kewajiban yang sama dengan pelaku ISP lainnya, yakni tidak memfasilitasi layanan konten negatif,” kata Ketut.