Pasar Barongan Penggemar Kuliner – Pasar Barongan, Magnet Baru Penggemar Kuliner Sambil Piknik. Belanja ke pasar paling cocok memang pagi hari. Selain udara belum begitu panas, barang-barang yang dijual pedagang sudah pasti baru dan segar. Istilahnya, baru keluar dari tungku masak.
Pemikiran para ibu itu diadopsi oleh penyelenggara Pasar Barongan di Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sekitar 68 kilometer dari Kota signalgacor Surabaya. Pasar yang digelar di tengah hutan bambu di tepi Kali Gunting itu diluncurkan pertama kali pada Sabtu (6/8/2022).
Pasar dibuka pada pukul 06.00 hingga 10.00 atau hanya empat jam. Pasar pun hanya digelar pada hari Minggu pertama di setiap bulan.
”Pasar Barongan Kali Gunting merupakan destinasi wisata baru dan unik, baik bagi warga juga pengunjung, dan simpul pertemuan pedagang dan pembeli,” kata Kepala Pusat Pengabdian pada Masyarakat (PPM) Universitas Kristen (UK) Petra, Surabaya, Lintu Tulistyantoro.
Pasar tak hanya menyediakan kuliner berbagai menu makanan seperti nasi telang dan nasi jagung, tetapi juga minuman seperti kopi racik, minuman rempah-rempah, dan aneka produk warga, seperti batik, lukisan dan tenun, cor logam, serta kerajinan dengan bahan baku alam, antara lain bambu dan daun pandan.
Sambil berbelanja atau menikmati berbagai macam kuliber, pengunjung juga bisa berwisata live dengan mengunjungi dan mencoba membatik. Konsumen juga bisa mengunjungi bengkel kerja unit usaha warga desa, seperti pembuatan gerabah ataupun cor logam. Kegiatan keliling desa ini dipandu oleh karang taruna setempat.
Acara piknik kian menyenangkan karena sepanjang pasar berlangsung, ada hiburan gamelan yang ditabuh anak-anak muda.
Keunikan lain dari pasar tersebut adalah sistem pembayaran yang menggunakan bilah bambu. Satu bilah bambu dihargai Rp 2.000. Adapun kisaran harga makanan di bawah Rp 10.000, sedangkan untuk kerajinan harganya bervariasi dari puluhan ribu hingga jutaan rupiah.
Untuk mencapai pasar, petunjuk arahnya terlihat jelas sejak pengunjung berada di ruas jalan Surabaya-Madiun. Hampir setiap 100 meter, ada warga dengan busana batik menyapa lalu mengerahkan kendaraan pengunjung melewati jalan sempit nan tertata.
Pengunjung sebaiknya datang saat pembukaan. Sebab, dagangan beberapa pedagang kuliner, seperti jajan pasar dan beragam minuman tradisional, dalam waktu sekejap sudah ludes. Meja-meja yang terbuat dari bambu diserbu konsumen yang rata-rata datang dari Surabaya. ”Lha, sudah habis, saya cuma sediakan sedikit,” ucap Ayu (45), penjual nasi telang, ketika ditemui di Pasar Barongan.
Pasar memang sengaja diciptakan untuk mendekatkan konsumen pada produk warga kampung, khususnya warga Desa Mojotrisno yang selama ini masih terseok-seok dalam hal pemasaran. Hampir 80 persen penduduk Desa Mojotrisno yang berpenduduk sekitar 4.200 jiwa itu memiliki usaha di rumah. Usaha, bahkan ada yang berada di teras, itu tak melulu berupa kerajinan bambu, batik atau cor logam, tetapi juga tenun, sarung, ecoprint, serta alas kaki dan kuliner.
Untuk menarik konsumen, penyelenggara mengundang konsumen dengan membalutnya dalam kegiatan piknik komunitas. Beberapa komunitas hadir seperti dilakukan Komunitas Pencinta Batik Se-Jatim (Kibas). Puluhan pengunjung yang mengenakan kebaya dan bersarung pun menyemarakkan suasana pasar.
Berkebaya
Kibas memang memiliki agenda piknik bersama ke sejumlah desa di Jawa Timur. Pencinta batik yang tak hanya kaum perempuan itu pun hadir dan menikmati suasana desa dengan mengenakan kebaya dan sarungan.
”Ciri khas komunitas ini, ya, berbatik dan sarungan saat piknik atau jalan bersama ke perajin, di mana saja, terutama di Provinsi Jatim,” kata Sadnowo Ramadani, salah seorang anggota Kibas.
Komunitas tersebut tidak hanya beranggota penyuka kain batik atau tenun, tetapi juga pengusahanya, seperti Wury (34), pengusaha Zulpah Batik Tanjungbumi, Bangkalan. Di Pasar Barongan, Wury sangat menikmati perjalanan piknik sambil belanja dan mencicipi kuliner khas Jombang. ”Pasar ini mendekatkan pembeli dan penjual, dan kami sama-sama menikmati,” kata Wury.
Kehadiran calon pembeli di Pasar Barongan, menurut Nusa Amin, pengembang tenun di Desa Mojotrisno, memberi motivasi bagi pelaku usaha untuk mengenalkan karya. ”Dengan adanya pasar meski sebulan sekali, secara perlahan seluruh karya anak desa dikenal konsumen, lantas dibeli,” kata Nusa Amin yang bersama rekannya, Bambang, mengembangkan Setra Batik Warna Alam.