Masyarakat Cari Alternatif Berkurban

Masyarakat Cari Alternatif Berkurban - Daya Beli Turun, Sebagian Masyarakat Cari Alternatif Berkurban. Kemampuan masyarakat berkurban

Masyarakat Cari Alternatif Berkurban – Daya Beli Turun, Sebagian Masyarakat Cari Alternatif Berkurban. Kemampuan masyarakat berkurban tahun ini diperkirakan semakin menurun, khususnya bagi kalangan ekonomi menengah.

Perlambatan ekonomi dan faktor kenaikan harga burung77 hewan kurban menekan daya beli masyarakat.

Hari raya Idul Adha yang akan jatuh pada Senin (17/6/2024) menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk berbagi kepada sesama, khususnya masyarakat miskin dan marginal, dengan membagikan hewan kurban. Meski bukan ibadah wajib, kurban bisa dikerjakan oleh mereka yang mampu.

Kendati demikian, ada beberapa hal yang membuat masyarakat memikirkan ulang kemampuannya dalam berkurban. Muhammad Fathan (26), warga Jakarta, misalnya, mengurungkan niat berkurban sepertujuh sapi.

Ia harus merogoh kocek Rp 3 juta sampai dengan Rp 4 juta ketika hendak mendaftarkan diri sebagai pekurban di masjid terdekat tempat tinggal.

Sementara, wirausaha ini hanya menganggarkan Rp 2 juta untuk kurban pertamanya. Untuk tetap melanjutkan niatnya, ia pun memilih berkurban seekor kambing.

”Sebelumnya, saya berharap bisa kurban sapi karena banyak masyarakat yang suka sapi daripada kambing. Ternyata, harga tahun ini lebih mahal dari yang diperkirakan,” ujarnya saat dihubungi, Sabtu (8/6/2024).

Adapun Fajrina (29) tahun ini memutuskan untuk tidak berkurban di Indonesia. Warga Indonesia yang tengah bekerja di Australia itu sejak 2020 rutin mengirimkan uang kepada keluarganya untuk membeli hewan kurban. Namun, awal tahun ini, ia terkena PHK dan akhirnya mendapatkan pekerjaan baru dengan gaji yang lebih kecil dari gaji sebelumnya.

Dengan niat untuk tetap berkurban sesuai kemampuan, ia memutuskan berdonasi kurban lewat situs donasi internasional yang menyalurkan daging kurban di negara-negata berkembang. Lewat platform itu, ia menemukan pilihan untuk berkurban dengan harga yang lebih terjangkau.

”Walaupun enggak ke Indonesia, yang penting niat dan doanya tercapai, dan pastinya daging kurbannya bisa dimanfaatkan masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.

Kemampuan masyarakat berkurban diperkirakan menurun pada tahun ini karena sejumlah dampak perlambatan ekonomi. Hal ini diproyeksikan lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) dalam laporannya.

Ideas menyebut, kondisi ekonomi saat ini semakin melemah dengan banyaknya fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tingginya pengangguran. Situasi ini menyebabkan pendapatan masyarakat kelas menengah-bawah mengalami stagnansi bahkan penurunan signifikan.

”Jika kita melihat data, masyarakat Muslim yang berpotensi berkurban kambing-domba dengan bobot 20-40 kilogram per ekor turun sekitar 7 persen dari 734.000 orang menjadi 709.000 orang. Kelompok ini merupakan masyarakat kelas menengah,” ungkap Tira Mutiara, peneliti Ideas, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (7/6/2024).

Proyeksi itu didasarkan atas data potensi 2,16 juta keluarga Muslim berdaya beli tinggi yang berpotensi berkurban atau shahibul qurban pada 2024. Jumlah itu naik sekitar 80.000 orang dari 2,08 juta keluarga Muslim yang berkurban pada tahun lalu.

Dari kebutuhan hewan kurban, kebutuhan terbesar adalah kambing-domba sebanyak 1,21 juta ekor. Sementara sapi-kerbau sebanyak 587.000 ekor. Dengan asumsi berat kambing-domba berkisar 20-80 kg berikut berat karkas 41 persen dan berat sapi-kerbau berkisar 250-750 kg berikut karkas 57 persen, maka dari perkiraan 1,79 juta hewan ternak terdapat potensi 117.200 ton daging kurban.

Dengan adanya kenaikan umat Islam yang berkurban dan permintaan hewan ternak, ekonomi kurban Indonesia pada 2024 diperkirakan senilai Rp 28,2 triliun, naik dari estimasikan tahun lalu mencapai Rp 24,5 triliun.

Dengan proyeksi turunnya daya beli masyarakat kelas menengah, maka kenaikan ekonomi kurban Indonesia tahun ini lebih ditopang masyarakat ekonomi kelas atas. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi yang makin ekstrem di Indonesia.

”Secara kontradiktif kami menemukan adanya kenaikan orang yang berkurban sapi-kerbau dengan berat sekitar 750 kg per ekor, yang rata-rata berasal dari masyarakat kelas terkaya naik sekitar 21 persen dari 63.900 orang menjadi 77.600 orang yang berkurban,” tutur Tira.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin, menjelaskan, situasi ini juga terlihat dari data yang dirilis Badan Pusat Statistik. Meskipun angka kemiskinan di Indonesia turun jadi 25,9 juta orang (9,36 persen angkatan kerja), ketimpangan naik sedikit.

Kenaikan ini terlihat dari indikator rasio gini yang menggambarkan ketimpangan pengeluaran penduduk. Rasio gini pada Maret 2022 sebesar 0,381 naik pada Maret 2023 menjadi 0,388. Rasio ini meningkat, terutama karena ketimpangan perkotaan yang naik, dengan rasio gini 0,402 pada Maret 2022 menjadi 0,409 pada Maret 2023.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *