Batam Aero Technic – Batam Aero Technic, Wujud Kemandirian “Bengkel” Pesawat dalam Negeri. Hanggar A Batam Aero Technic di kompleks Bandara Hang Nadim, Batam, disesaki beberapa unit pesawat.
Dalam hanggar diparkir beberapa Boeing 737 yang dioperasikan Lion Air, dan Airbus A330 yang diterbangkan Batik Malaysia. Terlihat pula satu unit A330-300 milik Cebu Pacific asal Filipina.
Setelah beroperasi selama satu dekade, Batam Aero Technic (BAT), anak usaha Lion Air Group di bidang perawatan pesawat (Maintenance, Repair, Overhaul/ MRO) kini tidak sekedar jago kandang. Sejumlah pesawat milik maskapai asing, seperti Cebu Pasifik, dapat dirawat di fasilitas BAT.
Sebelum dapat merawat pesawat, terlebih https://www.flora-talloires.com/ lagi pesawat milik maskapai asing, BAT harus memenuhi sejumlah persyaratan. BAT juga menjalani sejumlah sertifikasi sebelum mengantongi sertifikat dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Indonesia, The Civil Aviation Authority of Thailand (CAAT), The Civil Aviation Authority of Malaysia (CAAM), Civil Aviation Authority of the Philippines hingga The Federal Aviation Administration (AS).
“Kami bisa merawat pesawat di bawah (pihak) perhubungan Malaysia, Thailand, Filipina. (Pesawat) tak selalu Lion Group. Pasarnya masih luas sekali,” kata Head of Base Maintenance BAT Aryadi Sasmita di hanggar Lion Group, BAT, Batam, Jumat (22/3/2024). Kawasan Asia Pasifik saat ini juga dilayani oleh setidaknya 3.500 unit pesawat komersial yang menjadi potensial pasar bagi BAT.
Di Indonesia, BAT tentu tidak sendiri. Maskapai Garuda Indonesia misalnya, juga didukung oleh Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) yang sudah go public pada 10 Oktober 2017. Maskapai Merpati dulu sempat mempunyai anak perusahaan, Merpati Maintenance Facility (MMF) di Bandara Juanda, Jawa Timur, meski kini tak lagi beroperasi seiring kandasnya maskapai Merpati.
“Kalau dulu, kami masih (melayani) enam pesawat dalam sekali perawatan. Sekarang bisa sampai 23 pesawat (per hari),” ujar Aryadi. Di Indonesia saja, Lion Air Group mengoperasikan lebih dari 300 unit pesawat. Bandingkan dengan Garuda Indonesia, yang pada tahun 2024 ini mengoperasikan kurang dari 80 unit pesawat.
Mulai dibangun pada tahun 2012, BAT telah beroperasi sejak tahun 2014.
Mulai dibangun pada tahun 2012, BAT telah beroperasi sejak tahun 2014. Hingga Desember 2023, Lion Group telah menginvestasikan total Rp 700 miliar untuk BAT. “Kami akan investasi untuk MRO di Batam hingga Rp 7 triliun. Tiap tiga bulan, (kami) sampaikan progress (investasi) ke Kemenko Perekonomian,” ujar Presiden Direktur Lion Air Group Daniel Putut Kuncoro Adi, juga ditemui di Batam.
Kini, BAT beroperasi pada lahan seluas 30 hektar. Namun di sisi utara kompleks Bandara Hang Nadim, masih terdapat lahan kosong bila BAT berniat untuk terus berekspansi. Letak Batam yang seolah di “jantung” Asia Tenggara, membuat armada Lion Air Group di berbagai negara tidak terlalu jauh untuk terbang menuju “bengkel” BAT.
Pendiri Lion Group Rusdi Kirana pun kerap singgah di BAT. Biasanya, Rusdi singgah sebentar di Batam untuk mendiskusikan sekaligus mengawasi perawatan pesawatnya sebelum berkeliling mengawasi operasional Lion Air Group di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Kalau mau serius bisnis penerbangan ya harus begini. Dari A sampai Z, kita upayakan,” ujar Rusdi. Dia menegaskan, berkat MRO Batam Aero Technic maka Lion Air Group lebih kompetitif.
Kalau mau serius bisnis penerbangan ya harus begini.
Tadinya, armada Lion Air Group harus antre hingga berhari-hari di berbagai MRO di Asia Tenggara. Namun dengan BAT, jadwal perawatan pesawat dapat diatur secara internal. “Sebelum arus mudik misalnya, kami tarik pesawat ke Batam untuk dirawat. Jadi, begitu arus mudik Lebaran, semua bisa siap,” ujar Rusdi.
Menurut Ketua Asosiasi Pengguna Jasa Penerbangan Indonesia (Apjapi) Alvin Lie, langkah Lion Air Group untuk membangun MRO sudah tepat. “Lion Group memang butuh (MRO) ini karena pesawat-pesawat mereka bukan hanya untuk Lion Group di Indonesia, tetapi juga untuk Batik Air Malaysia dan Thai Lion Air. Semuanya jadi dipusatkan di MRO Batam,” ujar Alvin saat dihubungi dari Jakarta, Senin (10/6/2024).
Dengan status BAT sebagai kawasan ekonomi khusus, kata Alvin, juga membuat barang-barang mendapatkan fasilitas serta kemudahan perpajakan dan cukai.
Membuka Lapangan Kerja
Tidak hanya mengefisienkan operasional Lion Group, kehadiran BAT membantu menggeliatkan perekonomian Batam. Tanpa keberadaan BAT misalnya, Bandara Hang Nadim jelas akan “sepi”. Padahal, bandara ini dilengkapi dengan landasan pacu sepanjang 4.025 meter sehingga mampu didarati oleh pesawat jenis apa pun.
“Dari sisi perekonomian sektor transportasi udara, termasuk di dalamnya MRO, memiliki pertumbuhan yang tinggi serta berkontribusi pada peningkatan produk domestik bruto (PDB). MRO ini juga berpotensi mendorong bergeraknya sektor-sektor lain,” ujar Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK Susiwijono Moegiarso, dikutip dari laman KEK.
Bila awalnya BAT hanya menyerap 500 orang tenaga kerja, kini BAT mempekerjakan 1.900 orang. Seluruh pegawai BAT merupakan pekerja lokal. Lion Group misalnya, banyak mempekerjakan lulusan Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan (ATKP) Surabaya, Jawa Timur, dan lulusan Universitas Nurtanio Bandung, Jawa Barat. Sejak 2018, BAT juga berkolaborasi dengan Politeknik Negeri Batam.
Pada Rabu (20/3/2024), Lion Air Group juga menandatangani nota kesepahaman dengan 16 perguruan tinggi di Indonesia untuk memperkuat ekosistem penerbangan. Dengan nota kesepahaman itu, berbagai kampus di Indonesia dapat mengirim mahasiswa magang atau bahkan lulusannya ke Lion Air Group termasuk BAT.