Penggerak Pasar Pangan Dunia – India dan ASEAN Bakal Geser China sebagai Penggerak Pasar Pangan Dunia. Dalam satu dekade ke depan, 2024-2033, produksi dan konsumsi pangan kopislot77 global diperkirakan semakin meningkat. Dominasi China sebagai motor penggerak pasar pangan dunia juga akan bergeser ke India dan sejumlah negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia.
Negara-negara di kawasan Afrika Sub-Sahara Afrika juga akan turut menopang pertumbuhan konsumsi pangan global. Namun, dari sisi produksi pangan, pertumbuhannya masih belum terlalu pesat.
Hal itu merupakan salah satu sari penting OECD-FAO Agricultural Outlook 2024-2033. Prospek pertanian dunia dalam satu dekade ke depan itu dirilis Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Paris dan Roma, Selasa (2/7/2024), waktu setempat.
OECD-FAO menyebutkan, dalam satu dekade ke depan, populasi dunia diperkirakan meningkat sekitar 700 juta orang menjadi 8,7 miliar orang pada 2033. Populasi kawasan Afrika Sub-Sahara bakal tumbuh paling cepat, yakni 2,4 persen per tahun.
Seiring dengan pertumbuhan populasi itu, konsumsi komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan dunia diperkirakan tumbuh 1,1 persen per tahun dalam satu dekade ke depan. Produksi pangan dunia juga diperkirakan tumbuh 1,2 persen per tahun. Proyeksi tersebut mempertimbangkan pula sejumlah tantangan global, antara lain perubahan iklim, restriksi perdagangan pangan, konflik geopolitik, dan hambatan logistik.
Beras, misalnya. Pada 2024-2033, konsumsinya secara global diperkirakan meningkat dari 52,54 juta ton menjadi 58,75 juta ton. Produksinya juga akan naik dari 52,64 juta ton menjadi 58,66 juta ton.
Dalam satu dekade tersebut, konsumsi gandum dunia juga diproyeksikan naik dari 78,70 juta ton menjadi 87,12 juta ton. Produksinya juga diperkirakan meningkat dari 78,82 juta ton menjadi 87,17 juta ton.
OECD-FAO juga menekankan tentang pergeseran penting di pasar pangan dunia yang diperkirakan terjadi pada 2024-2033. Peran India, serta sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara, akan meningkat, sedangkan peran China bakal berkurang.
Kontribusi China terhadap pertumbuhan pangan global diperkirakan turun dari 28 persen menjadi 11 persen. Hal itu tidak hanya disebabkan penurunan jumlah penduduk dan perlambatan pertumbuhan pendapatan, tetapi juga penerapan gizi sembang.
Sebaliknya, India dan negara-negara anggota ASEAN, termasuk Indonesia, diperkirakan menyumbang 31 persen pertumbuhan konsumsi global pada 2033. Hal itu didorong oleh pertumbuhan populasi perkotaan dan peningkatan kesejahteraan.
Bahkan, dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia diperkirakan masih bergantung pada beberapa komoditas pangan impor, seperti gandum, beras, kedelai, dan gula. Rerata pertumbuhan impor gandum Indonesia pada 2024-2033 sebesar 1,01 persen, beras 1,96 persen, kedelai 1,2 persen, dan gula 1,69 persen.
Negara-negara berpenghasilan rendah di kawasan Afrika Sub-Sahara juga bakal menyumbangkan tambahan konsumsi global yang cukup besar pada 2033, yakni 18 persen. Faktor utama pendorongnya adalah peningkatan permintaan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk.
”Kondisi itu menunjukkan perlunya penerapan strategi yang mampu menjembatani kesenjangan produktivitas di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dan meningkatkan pendapatan petani,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu melalui siaran pers.
Dari sisi produksi pangan global, China juga masih berperan penting dalam satu dekade mendatang kendati tidak lagi dominan. Pertumbuhan nilai produksi pertanian dan perikanan China pada 2033 diperkirakan sebesar 6,8 persen. China juga masih menyumbang 90 persen produksi beras dan 80 persen produksi gandum di kawasan Asia Timur.
Sementara itu, India, Thailand, Malaysia, dan Indonesia akan berperan besar dalam produksi pangan di kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Kawasan itu merupakan kontributor penting terhadap output global berbagai produk pangan, seperti beras, gandum, minyak nabati, dan gula.
India bakal menyumbang 80 persen produksi gandum dan 45 persen produksi beras di kawasan tersebut. Dalam satu dekade ke depan, lahan gandum India bahkan diperkirakan meningkat 7 persen.
Thailand diperkirakan akan semakin unggul dengan produksi gulanya. Pada 2033, luas lahan tebu dan produksi tebu di negara tersebut diproyeksikan meningkat masing-masing 5 persen dan 24 persen. Produksi gula Thailand pelan-pelan akan menggerus dominasi produksi gula India yang saat ini menyumbang 60 persen produksi gula di Asia Selatan dan Tenggara.