Suriah Daya Tarik Alam dan Sejarah di Tengah Ancaman Zona Konflik

Syria Daya Tarik Alam dan Sejarah di Tengah Ancaman Zona Konflik Syria Daya Tarik Alam dan Sejarah di Tengah Ancaman Zona Konflik

“Suriah bagaikan permata yang terlupakan, tapi di balik kilaunya ada risiko yang tak boleh disepelekan.” Begitu tulis Hannah Weir, jurnalis Global Horizons dalam laporannya di awal 2025. Negeri Mediterania ini masih memikat dunia dengan mozaik sejarah dan kekayaan lanskapnya. Namun, bagi para pelancong internasional, pesona itu datang beriringan dengan peringatan keras tentang bahaya nyata yang terus membayangi.

Warisan Kuno dan Alam Memukau: Pesona yang Tak Pernah Padam

Siapapun yang punya jiwa petualang pasti tergoda mengunjungi kawasan Kota Tua Damaskus—pusat sejarah yang dihiasi lorong-lorong sempit dan pasar beraroma rempah. Tak kalah magis, reruntuhan Palmyra menjadi bukti nyata kejayaan Romawi di masa lampau. Pegunungan Qalamoun dengan puncak bersalju dan lembah sungai Eufrat memanjakan mata setiap pencinta alam.

Nina Yasmin, travel vlogger asal Malaysia, menceritakan pengalamannya dari perjalanan tahun 2024, “Setiap sudut Suriah seperti membawa saya kembali ke masa lalu. Tapi di balik keindahan itu, saya tak pernah benar-benar lepas dari rasa waspada.”

Fakta Lapangan: Risiko yang Masih Terus Mengancam

Di luar panorama yang memesona, Suriah tetap dikategorikan sebagai zona merah oleh lembaga-lembaga keamanan Eropa, Amerika, hingga Asia Timur. Berdasarkan laporan United Nations Security Council (2025), sekitar 14 juta warga Suriah masih membutuhkan bantuan kemanusiaan. Area rawan meliputi Idlib, Raqqa, juga Deir ez-Zor dan Daraa. Tidak hanya konflik bersenjata, ancaman lain hadir berupa kidnapping dan sisa ranjau darat di banyak wilayah pedesaan.

Pada triwulan pertama 2025 saja, terdapat 17 kasus penculikan turis asing yang dikonfirmasi oleh PBB—mayoritas terjadi di dekat perbatasan timur. Hal ini menambah kekhawatiran, bahkan untuk perjalanan singkat atau yang didampingi biro profesional sekalipun.

Studi Kasus: Wisatawan di Laras Ketidakpastian

“Dsini suasananya bisa berubah dalam hitungan jam. Kemarin tenang, hari ini bisa ada ledakan di pasar,” ujar Arif Setiawan, relawan medical NGO yang kerap mendampingi pelintas batas pada Maret 2025. Sedangkan dua backpacker Prancis, menurut The Guardian, sempat terjebak lebih dari sehari di pos pemeriksaan ilegal Latakia sebelum dibebaskan usai negosiasi alot. Kejadian-kejadian semacam ini memperlihatkan bagaimana akses dan keamanan sangat volatile.

Upaya Pemulihan: Antara Janji dan Kenyataan

Pemerintah Suriah getol menggaungkan narasi stabilitas demi menarik wisatawan kembali. Namun faktanya, data Suriah Tourism Board menunjukkan kunjungan wisatawan internasional pada 2024 hanya sekitar 15.000, kontras dengan era keemasan tahun-tahun sebelum perang yang bisa menembus 8 juta kunjungan. Hampir semua operator tur mewajibkan pernyataan risiko, bahkan pembatalan perjalanan bisa terjadi mendadak jika situasi memburuk.

Fatima Al-Sadiq, pemerhati sosial dari Istanbul, menuturkan, “Kebangkitan wisata Suriah adalah proses perlahan. Keselamatan pelancong tidak boleh dikompromikan meskipun ada nafsu membangkitkan ekonomi lokal.”

Panduan Bijak bagi Petualang: Risiko Bukan untuk Dites

Penting bagi wisatawan untuk mengecek informasi terbaru, mengikuti arahan resmi, serta menggunakan jasa pemandu lokal terpercaya. Mengabaikan potensi konflik dan bahaya adalah keputusan keliru di negeri yang realitasnya berubah secepat berita utama. Empati dan kehati-hatian mutlak diperlukan.

Kisah dan data membuktikan, Suriah tetaplah destinasi dengan dua sisi—daya tarik menakjubkan, namun risiko dan ancaman nyata yang membayangi setiap langkah.

Artikel ini disponsori oleh Games Online: Rajaburma88

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *