Pabrik Sepatu Bata Tutup – Pabrik Tutup, Toko Sepatu Bata Beroperasi Andalkan Produk Impor. Selepas mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta pada Selasa pekan lalu, produsen sepatu PT Sepatu Bata Tbk tidak menutup toko yang menjual sepatu. Toko akan tetap mendapat pasokan sepatu dari impor dari pabrik mereka yang lainnya di luar negeri.
Pantauan Kompas, Senin (6/5/2024),toko sepatu bata di Mal Bintaro Xchange, Tangerang Selatan, tetap beroperasi seperti biasa. Para penjaga pun masih bertugas seperti biasa.
Dwi, salah seorang penjaga toko, mengatakan, seperti informasi yang disampaikan pimpinannya, toko sepatu Bata masih akan tetap buka dan berjualan seperti biasa. ”Yang tutup pabriknya. Tokonya masih tetap buka,” ujarnya, Senin.
Karyawan penjualan di toko berbeda dengan karyawan pabrik. Toko tetap beroperasi normal.
Menurut informasi yang disampaikan pimpinannya, lanjut Dwi, sepatu yang akan dijual nanti akan diimpor dari negara lain. Namun, dia mengaku belum tahu dari mana asalnya.
Edi (45), salah satu pelanggan, mengatakan baru mengetahui bahwa pabrik sepatu Bata tutup. Namun, ia juga bersyukur, ternyata tokonya masih buka dan tetap menjual sepatu.
Edi bercerita, ia telah menjadi pelanggan venetian89 sepatu Bata sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Kini dia juga membelikan sepatu Bata untuk sepatu sekolah putri bungsunya yang kini duduk di kelas V SD.
”Harganya terjangkau untuk sepatu sekolah anak. Sepatunya juga punya pilihan warna yang hitam semua. Ini cocok untuk mematuhi aturan sekolah yang mengharuskan sepatu siswa hitam semua,” ujarnya.
Bata menjual beragam sepatu mulai dari anak-anak hingga dewasa. Harga yang dijual beragam tergantung modelnya. Sepatu sekolah anak dijual mulai dari Rp 199.000 per pasang.
Salah satu toko sepatu bata lainnya, yakni di Pamulang, Tangerang Selatan, juga masih berjualan seperti biasa. Seperti halnya Dwi, salah seorang penjaga toko bernama Putri mengatakan dirinya mengetahui pabrik sepatu Bata di Purwakarta tutup. Namun, penjualan di tokonya tetap beroperasi seperti biasa.
”Katanya nanti sepatunya diisi impor. Jadi, kami tetap berjualan saja, sih, seperti biasa,” ujarnya.
Mengutip laporan tahunannya, saat ini Bata memiliki 458 toko yang tersebar di seluruh Indonesia.
Saat dihubungi Kompas, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Sepatu Bata Tbk Hatta Tutuko tidak merespons telepon ataupun membalas pesan yang dikirimkan.
Sebelumnya, Bata mengumumkan penutupan pabriknya di Purwakarta pada Jumat (3/5/2024) melalui keterbukaan informasi yang ditampilkan di situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam informasi tersebut Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Sepatu Bata Tbk Hatta Tutuko mengatakan pabrik itu ditutup Selasa (30/4/2024).
Dalam keterangan resmi itu, Hatta mengatakan, PT Sepatu Bata Tbk telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir di tengah kerugian dan tantangan industri akibat pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat.
Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun dan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Indonesia.
Kejadian, informasi, atau fakta material tersebut berdampak terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan usaha emiten atau perusahaan publik. Dengan adanya keputusan ini, perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta.
Pabrik di Purwakarta ini telah beroperasi sejak 1994. Sebelumnya, pabrik sepatu Bata berada di Kalibata, Jakarta. Pada 2009, perusahaan menjual pabrik di Kalibata lalu pindah ke Purwakarta.
Mengutip laporan keuangannya, perusahaan telah merugi setidaknya tiga tahun terakhir dan membengkak. Pada 2021, catatan rugi komprehensif Bata mencapai Rp 51,04 miliar dan membengkak dua kali lipat pada 2022 yang mencapai Rp 107,15 miliar. Pada 2023, kerugian kembali meningkat menjadi Rp 188,41 miliar.
Dari sisi pendapatan penjualan neto, pada 2023 perusahaan mencatat sebesar Rp 609,6 miliar, menurun 5 persen dari 2022 yang sebesar Rp 643,45 miliar. Pada 2021, penjualan neto mereka senilai Rp 438,48 miliar.
Pada 2023, sebesar 99,2 persen dari penjualan mereka untuk pasar domestik. Adapun ekspor hanya mencapai 0,8 persen dari penjualannya. Porsi itu tidak banyak berubah dibandingkan dengan 2022 di mana 99,1 persen untuk penjualan pasar domestik dan 0,9 persen untuk ekspor.