Pembangunan Rumah dengan Printer

Pembangunan Rumah dengan Printer - Pembangunan Rumah dengan "Printer" Mulai Dikenalkan. Teknologi konstruksi bangunan dengan metode

Pembangunan Rumah dengan Printer – Pembangunan Rumah dengan “Printer” Mulai Dikenalkan. Teknologi konstruksi bangunan dengan metode cetak atau printer tiga dimensi mulai diperkenalkan di Indonesia.

Teknologi konstruksi itu diklaim mampu membangun rumah sederhana dalam waktu 5 hari disertai efisiensi tenaga kerja hingga 35 persen.

PT Modula Tiga Dimensi, perusahaan patungan PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan Cobod International asal Denmark, mulai menggarap industri konstruksi cetak tiga dimensi atau 3D contruction printing (3DCP). Pembuatan dinding bangunan dengan menggunakan printer itu diklaim bisa menghemat waktu pembangunan, tenaga kerja, serta penggunaan material lebih ramah nexwin77 lingkungan.

Direktur Operasional PT Modula Tiga Dimensi (Modula) Debiyarto Imran, mengemukakan, konstruksi cetak tiga dimensi merupakan teknologi disruptif di bidang konstruksi bangunan. Pendirian bangunan, seperti rumah, gedung maupun jembatan, dibuat dengan mekanisme printer. Alih-alih pembuatan dinding bangunan dengan memasang bata, maka pengerjaan dinding kini cukup dicetak dengan printer.

Penggunaan teknologi konstruksi cetak tiga dimensi itu dinilai menghemat waktu pembangunan rumah. Sebagai ilustrasi, jika pemasangan bata untuk hunian berukuran 45 meter persegi (tipe 45) membutuhkan waktu 1,5 bulan, maka dengan mekanisme printer tersebut cukup selesai dalam lima hari.

”Kami bermitra dengan Cobod International. Kami mendatangkan unit printer, sehingga kami mengklaim sebagai pionir dalam industri 3D construction printing. Penggunaan (teknologi) ini sudah bergerak di negara-negara maju, sehingga trennya ke sana,” ujar Debiyarto, saat dihubungi, Kamis (23/5/2024).

Selain Cobod International, perusahaan lain yang menerapkan teknologi cetak tiga dimensi itu, antara lain Black Buffalo 3D, serta Icon asal Amerika Serikat, Cybe 3D dari Belanda, dan Apis Cor 3D dari Rusia. Cobod International, misalnya, telah memiliki mesin printer untuk penerapan konstruksi cetak tiga dimensi sebanyak hampir 80 unit di seluruh dunia.

Teknologi ini mengurangi lebih dari 50 persen dari durasi waktu yang dibutuhkan dalam konstruksi rumah secara konvensional, menghemat 35 persen tenaga kerja.

Debiyarto menambahkan, material bangunan tersebut yang memiliki komposisi pasir, agregat (batu), dan semen dinilai lebih ramah lingkunan dan bisa mengandalkan sepenuhnya sumber material di dalam negeri. Saat ini, produk semen hijau dinilai sudah banyak diproduksi di Indonesia.

Kekurangan Rumah

Debiyarto mengemukakan, pihaknya berencana membangun hunian percontohan dengan teknologi konstruksi cetak tiga dimensi itu mulai tahun ini. Selain itu, pihaknya juga mengkaji pembuatan bangunan dengan teknologi itu untuk rumah segmen atas, segmen menengah, maupun rumah deret. Untuk tahap awal, produk hunian akan dipasarkan ke masyarakat segmen menengah ke atas.

Pihaknya juga siap mengkaji penggunaan teknologi serupa untuk rumah segmen menengah dengan biaya bangunan Rp 5 juta per meter persegi (m2), hingga ke segmen rumah sederhana. Pihaknya juga akan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk mengaplikasikan konstruksi tersebut dengan standar bangunan hunian, serta melakukan pengujian untuk kawasan rawan gempa.

”Secara bertahap, kami juga akan mengkaji pengadaan untuk segmen menengah bawah dengan penyesuaian material finishing. Kami akan berupaya fokus dan masuk ke segmen tersebut,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Modula Adi Bagus Tirto mengatakan pasar perumahan di Indonesia masih mengalami kekurangan pasokan. Kebutuhan rumah layak huni di Indonesia mencapai sekitar 600.000-800.000 unit per tahun. Namun, pasokan yang tersedia hanya 400.000-500.000 unit per tahun. Diperkirakan sejumlah 30 juta rumah tangga di Indonesia akan membutuhkan hunian yang layak pada tahun 2030.

Direktur & Chief Financial Officer (CFO) PT Bakrie & Brothers Tbk, Roy Hendrajanto M Sakti dalam keterangan pers Selasa, (21/5) mengemukakan, teknologi konstruksi cetak tiga dimensi ramah lingkungan itu diharapkan mampu mengatasi kekurangan rumah di Indonesia, khususnya di segmen konstruksi bangunan dan perumahan. Selain itu, sejalan dengan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

”Kami melihat bahwa potensi pertumbuhan industri ini di Indonesia amat besar. Ini peluang bisnis yang patut dijajaki dan dikembangkan,” kata Roy, yang juga Komisaris Utama Modula.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *