Omzet Jumbo Makanan Olahan – Lezatnya Omzet Jumbo Makanan Olahan. Setiap pagi, saat matahari baru terbit merekah, rumah Rina sudah penuh dengan kesibukan.
Di tengah bersiap berangkat ke kantor, ibu berusia 38 tahun ini juga harus menyiapkan sarapan untuk Tommy, anak semata wayangnya yang berusia 7 tahun.
Salah satu menu sarapan pagi andalannya adalah makanan-minuman olahan cepat saji. Cukup dengan membuka topgaming77 satu saset makanan olahan, tambah air panas, aduk-aduk sampai merata, makanan-minuman olahan cepat saji pun siap disantap.
Tak hanya makanan olahan seduh yang kerap mengisi sarapan Tommy, lain hari Rina juga menggoreng makanan beku siap saji seperti kentang, nuget ayam, dan sosis. Terkadang suaminya, yang juga pekerja kantoran, bergantian membuatkan sarapan mi instan untuk mereka bertiga.
”Makanan olahan instan siap saji seperti ini praktis sekali untuk wanita karier tanpa asisten rumah tangga yang juga masih harus mengurus anak untuk sekolah setiap pagi,” ujar Rina saat ditemui di rumahnya, Ciputat, Tangerang Selatan, Sabtu (25/5/2024).
Rina menyadari bahwa kandungan gizi makanan olahan siap saji ini tidak sebaik makanan segar. Namun, menurut dia, hal itu lebih baik ketimbang keluarganya terkena sakit mag karena tidak sarapan. Saat akhir pekan atau hari libur, barulah Rina memasak makanan segar untuk keluarganya.
Keluarga Rina adalah secuplik gambaran bahwa makanan olahan instan siap saji memang seakan telah jadi bagian dari masyarakat modern perkotaan. Makanan-minuman siap seduh, kentang beku, dan mi instan adalah beberapa jenis makanan olahan siap saji yang akrab ditemui di dapur-dapur keluarga perkotaan.
Tingkat konsumsi masyarakat akan makanan olahan pun terus meningkat. Hal ini tecermin dari menurunnya konsumsi masyarakat akan makanan pokok segar.
Mengutip data Kementerian Pertanian seperti dikutip Switzerland Global Enterprise (SGE), tingkat konsumsi makanan pokok segar masyarakat Indonesia pada 2022 mencapai 93,9 kilogram per kapita per tahun, menurun dibandingkan 2018 yang sebesar 96,6 kilogram per kapita per tahun. Penurunan konsumsi makanan pokok segar ini diganti dengan konsumsi makanan olahan.
Tren konsumsi masyarakat pada makanan olahan merupakan potensi pasar yang besar bagi pengusaha. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), seperti dikutip SGE, nilai pasar makanan olahan Indonesia pada 2023 mencapai 17,9 miliar dollar AS (Rp 286,40 triliun). Industri makanan olahan turut berkontribusi pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional dari sektor makanan-minuman yang pada tahun lalu mencapai 849,39 miliar dollar AS.
Pasar makanan olahan sereal dan tepung menjadi pangan yang paling banyak dikonsumsi dengan kontribusi 33 persen dari total nilai pasar makanan olahan. Selain itu, ada makanan gula olahan berkontribusi 18 persen dari total nilai pasar, makanan olahan lemak nabati berkontribusi 13 persen, serta makanan berbasis telur dan produk susu berkontribusi 9 persen. Adapun jenis makanan olahan lainnya berkontribusi 27 persen dari total nilai pasar makanan olahan.
Nilai pasar makanan olahan Indonesia pada 2023 mencapai 17,9 miliar dollar AS (Rp 286,40 triliun).
Riset yang dirilis SGE berjudul ”Food Sector in Indonesia Imported Processed Food Market” yang dirilis Januari 2024 menyebutkan tren peningkatan konsumsi makanan olahan didasari kebutuhan masyarakat perkotaan modern yang ingin semuanya serba cepat. Ritme kehidupan warga kota yang serba cepat dan cenderung terburu-buru menuntut konsumsi makanan yang praktis dan siap santap dalam waktu singkat. Kebutuhan inilah yang berhasil dipenuhi oleh makanan olahan.
Kue besar
Indonesia merupakan ”kue besar” pasar makanan olahan yang diperebutkan banyak pihak dengan persaingan ketat. Pada 2022 terdapat 7.498 perusahaan manufaktur makanan-minuman berskala sedang hingga besar di Tanah Air. Di samping itu, ada pula 530 importir pemegang lisensi yang berkecimpung di industri makanan olahan. Mereka merupakan perusahaan lokal, nasional, hingga multinasional.
Adapun impor makanan olahan, antara lain, berasal dari Amerika Serikat, kawasan Uni Eropa, India, China, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, dan kawasan Timur Tengah.
Meningkatnya tren konsumsi makanan olahan tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi telah menjadi fenomena global. Mengutip riset Rentokill pada 2018, nilai pasar industri makanan olahan global mencapai 2 triliun dollar AS yang terdiri atas 400.000 perusahaan produsen makanan olahan yang tersebar di seluruh dunia.