Amblesnya Jalan Tol Bocimi – Tolak Alasan Curah Hujan Tinggi, Komisi V DPR Kritik Amblesnya Jalan Tol Bocimi. Komisi V DPR menyoroti amblesnya Jalan Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau Bocimi yang sempat mengganggu arus mudik pada Lebaran 2024.
Mereka menolak alasan curah hujan tinggi signalgacor sebagai penyebab. Hal ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat tentang evaluasi Lebaran 2024 di Jakarta, Rabu (5/6/2024).
”Ada rumus bisnis, biaya sekecil-kecilnya, untung sebesar-besarnya. Lalu, bagaimana kita memastikan supaya minimnya pengeluaran guna mendapat keuntungan sebesar-besarnya? Di sana negara perlu hadir, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) perlu hadir,” ujar Ketua Komisi V DPR Lasarus.
Hadir pula dalam rapat itu sejumlah pejabat lain, di antaranya Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Aan Suhanan. Ada pula Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati dan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Marsekal Madya TNI Kusworo.
Jalan Tol Bocimi longsor di Kilometer 64+600 di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu (3/4/2024) malam. Guna menghindari jalan longsor, pengendara dari arah Jakarta atau Bogor diminta keluar dari Gerbang Tol Cigombong. Ruas tol dari Cigombong hingga Gerbang Tol Parungkuda ditutup. Ini terjadi saat arus mudik hari pertama pada Lebaran 2024.
Lasarus menambahkan, dalih curah hujan tinggi sehingga mengakibatkan longsor tak dapat diterima. Sebab, ruas-ruas jalan di Indonesia memang bercurah hujan tinggi.
”Saya bilang, ini lemah di perencanaan. Studi geologinya tak matang, tak maksimal. Profesor-profesor yang saya hubungi mengatakan bahwa (insiden ini bukti) tak ada hitungan saat terjadi hujan lebat longsor dengan kondisi semacam ini,” kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.
Jalan Tol Bocimi Kilometer 64 ambles pada Rabu (3/4/2024) pukul 20.00. Akibatnya, dua kendaraan minibus serta satu truk mengalami kecelakaan. Minibus terperosok ke dalam jurang pinggir tol sedalam 15 meter. Sopir dan penumpang kendaraan luka-luka.
Longsor terjadi di pinggir hingga bagian tengah jalan sepanjang 5 meter. Sebelum musibah, hujan lebat sempat mengguyur lokasi pukul 16.00 sampai pukul 18.00 (Kompas.id, 5/4/2024).
Perhatian terkait kerusakan jalan tol juga diutarakan Wakil Ketua Komisi V DPR Roberth Rouw. Struktur alam lokasi kejadian memiliki banyak jalur air sebab dekat dengan sungai.
Kecelakaan ini membuktikan minimnya pengawasan dalam operasi jalan tol. Sebab, masyarakat sebagai pengguna itu membayar, tak gratis.
”Maka, sampai di mana tanggung jawab pemerintah memberikan kenyamanan di dalam penggunaan jalan tol itu? Kalau perlu, kami bikin panitia kerja (panja) agar bisa mendalami lagi peran seluruh stakeholder yang bertanggung jawab,” ujar Roberth.
Anggota Komisi V DPR, Mulyadi, menambahkan, mayoritas pengguna Jalan Tol Bocimi bukan penduduk sekitar. ”Masyarakat menderita karena macet bisa sampai pukul 12 malam gara-gara tol masih belum diselesaikan,” kata perwakilan Fraksi Gerindra ini.
Ia juga mempertanyakan terkait ada-tidaknya penilaian pergerakan tanah sebelum jalan tol beroperasi. Hal itu menunjukkan tingkat kerentanan suatu wilayah.
”Pesan moralnya, kami tahu Bapak-bapak dengan segala kompetensinya sudah berbuat maksimal. Namun, tolong jangan karena target kemudian masyarakat jadi korban,” ujar Mulyadi.
Menanggapi kritik-kritik itu, Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah menjelaskan ragam upaya yang telah dilakukan guna menuntaskan perbaikan Jalan Tol Bocimi. Pihaknya telah berdiskusi panjang dengan para profesor di Bandung yang membidangi persoalan ini.
”Sesuai rapat yang dilakukan, memang kami dorong (pengerjaan tol) akan selesai pada akhir September ini,” katanya.
Kala kejadian, BMKG telah memprediksi curah hujan tinggi. Sejak dulu, daerah Jawa Barat pun memiliki curah hujan tinggi secara alamiah.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem sejak 31 Maret 2024. Cakupannya masuk pada wilayah kejadian bencana, yakni Sukabumi dan Bogor.
”Jadi ekstrem sejak tanggal 1 April 2024 sampai tanggal 7 April 2024. Secara lebih detail, kami menyampaikan pada tanggal 2 April 2024, diulang lagi peringatan dini tersebut (hujan) akan terjadi di berbagai wilayah, termasuk lokasi tersebut,” ujar Dwikorita.
Pada 3 April 2024, hari saat kejadian, BMKG telah memberikan peringatan dini sebanyak lima kali mulai pukul 10.50. Peringatan dilakukan berulang hingga pukul 20.30 karena adanya potensi hujan berintensitas sedang hingga lebat.
”Peringatan dini secara prosedur standar operasi (SOP) disampaikan ke berbagai pihak terkait penerima peringatan dini, selain disampaikan publik melalui berbagai media. Harapannya, kesiapan bisa dilakukan,” tuturnya.