“Bata” Gunakan Pemengaruh Online – Gencar di ”Online”, Gunakan Pemengaruh, Bata Tutup Pabrik di Purwakarta. Produsen alas kaki PT Sepatu Bata Tbk ada Jumat (3/5/2024), mengumumkan penghentian aktivitas pabrik mereka di Purwakarta, Jawa Barat. Penurunan penjualan alas kaki empat tahun terakhir menjadi alasannya, kendati berbagai upaya meningkatkan penjualan terus dilakukan perusahaan tersebut.
Pengumuman tersebut disampaikan dalam dokumen keterbukaan informasi di situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang didirikan di Ceko pada 1894 dan hadir di Indonesia sejak 1931 itu tercatat di pasar modal Indonesia pada 1982 dengan nama BATA.
”Perseroan sudah tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta karena permintaan pelanggan terhadap jenis produk yang dibuat di pabrik Purwakarta terus menurun. Kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok di Indonesia,” kata Sekretaris perusahaan PT Sepatu Bata Tbk Hatta Tutuko, dalam dokumen keterbukaan informasi tersebut.
Ia lanjut menjelaskan bahwa kebijakan tersebut harus diambil setelah mereka berjuang menghadapi kerugian topgaming77 dan tantangan industri akibat pandemi Covid-19 dan perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat. Masalah ini telah mereka alami empat tahun terakhir.
Dalam laporan keuangan tahun 2023, perseroan mengumumkan penurunan nilai penjualan sebesar 5 persen menjadi Rp 609,6 miliar dari nilai penjualan di 2022 sebesar Rp 643,4 miliar. Penurunan ini linier dengan jumlah produksi tahun 2023 yang hanya sebanyak 1,15 juta pasang sepatu dan sandal, berkurang dari 1,80 juta pasang alas kaki pada tahun sebelumnya.
Pada saat bersamaan, perusahaan mencatatkan peningkatan kerugian komprehensif sebesar Rp 188,4 miliar dari Rp 107,2 miliar di 2022. Rugi tahun berjalan juga meningkat dari Rp 106,1 miliar menjadi Rp 190,5 miliar di tahun lalu. Kerugian yang dialami pada 2023 terutama disebabkan oleh kerusakan pada aset tetap dan persediaan barang yang sudah menua.
Kinerja keuangan tersebut didapat kendati perseroan melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki penjualan. Garis besar inovasi mereka di tahun lalu, antara lain, mengoptimalkan pemasaran dengan melibatkan pemengaruh (influencer), dengan harapan akan mampu meningkatkan pengunjung toko di platform daring perusahaan.
Dalam loporan keterbukaan informasi itu juga disampaikan perusahaan senantiasa menghadirkan inovasi produk dengan desain dan teknologi yang mengutamakan kenyamanan dengan style masa kini (comfort with style).
Perseroan juga menata kembali barang yang akan dijual ke toko-toko untuk menghasilkan penjualan yang lebih optimal. Mereka juga sempat mengadakan program loyalitas dan penawaran eksklusif sebagai reward bagi pelanggan Bata Club Member. Terakhir, mengadakan pelatihan bagi karyawan secara berkesinambungan melalu berbagai program pelatihan, baik secara daring maupun luring.
Di tengah upaya tersebut, Bata harus menutup kerugian dengan menjual aset berupa tanah dan bangunan Graha Bata di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, senilai Rp 64 miliar. Aset seluas 1.993 meter persegi tersebut akan dibeli oleh PT Simatupang Jaya Realty. Hal ini diumumkan dalam situs BEI pada 8 Maret 2024.
Sampai akhir 2023, Bata mempekerjakan 366 karyawan, yang telah berkurang dari 380 karyawan di tahun sebelumnya. Perusahaan ini juga masih memiliki 458 toko yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Masalah yang dialami Bata tidak lepas dari kinerja industri alas kaki secara umum di dalam negeri. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menyatakan bahwa industri alas kaki dalam negeri belum pulih ke normal sejak pandemi Covid-19. Dinamika ekonomi global belakangan juga turut memengaruhi.
Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakri, saat dihubungi terpisah, mengutarakan bahwa kelesuan ini bahkan terasa di momentum Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini. Ini ditandai dengan ketidakmampuan banyak penjual ritel untuk memenuhi stok Lebaran sampai penurunan penjualan pada beberapa merek lokal segmen pasar menengah dan menengah ke bawah, dibandingkan Lebaran 2023.
”Di tahun 2024 ini juga ramai tantangan, mulai dari inflasi pangan, dan lainnya. Beberapa brand pada Lebaran kemarin untuk segmen menengah dan menengah ke bawah mengalami penurunan dibanding untuk periode yg sama di 2023. Yang pasti, ini juga berpengaruh pada produsen alas kaki,” ungkapnya.