Bersaing Soal Penangkapan Karbon – Indonesia Bersaing dengan Malaysia dan Australia soal Penangkapan Karbon. Indonesia berkompetisi dengan sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia dan Australia, dalam mengembangkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau CCS.
Sejumlah regulasi turunan dari peraturan presiden tentang CCS diperlukan agar implementasi teknologi dekarbonisasi itu segera terlaksana. Saat ini, koordinasi lintas kementerian tengah dilakukan.
Carbon capture and storage (CCS) ialah teknologi penangkapan dan penyimpanan emisi karbon sehingga tak terlepas ke atmosfer. Karbon yang dihasilkan industri, termasuk minyak topgaming77 dan gas bumi, ditangkap lalu disuntikkan ke perut bumi. Penyimpanan karbon dioksida (CO2) bisa dilakukan di depleted reservoir (reservoir migas yang telah mengalami penurunan produksi) atau saline aquifer (reservoir air bersalinitas tinggi).
Pada industri migas, CO2 yang ditangkap juga dapat dimanfaatkan untuk memberi incremental (penambahan) produksi minyak ataupun gas bumi. Dengan demikian, teknologi tersebut disebut carbon capture, utilization and storage (CCUS).
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan, terbitnya Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan CCS menjadi fondasi awal. Selanjutnya, peraturan turunan, termasuk dari kementerian-kementerian terkait, disiapkan.
”Kami sedang kerja sama, semua kementerian, untuk membuat peraturan turunannya. (Itu penting) Karena kita berkompetisi dengan negara-negara tetangga, seperti Australia dan Malaysia. Australia bahkan sudah menyiapkan anggaran 300 juta dollar (Australia) untuk bisa menurunkan biaya CCS. Malaysia saya dengar juga sedang agresif juga, sedang menyelesaikan regulatory framework,” kata Jodi pada hari kedua Indonesian Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition 2024 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (15/5/2024).
Dikutip dari laman Geoscience Australia (GA) milik Pemerintah Australia, disebutkan bahwa per April 2024 ada sejumlah proyek yang sedang dikerjakan terkait CCS. Proyek-proyek tersebut ialah identifikasi hidrokarbon Australia dan potensi kapasitas penyimpanan CO2 di residual oil zones (ROZ), penilaian kelayakan CO2fault injection, dan CCS hidrogen.
Sementara itu, dikutip dari laman Bank Pembangunan Asia (ADB), Desember 2023, perusahaan migas asal Malaysia, Petronas, berencana melakukan injeksi perdana di Kasawari Carbon Dioxide Sequestration, di laut lepas Sarawak, pada akhir 2025 atau awal 2026. Lokasi itu disebut sebagai salah satu proyek CCS laut lepas terbesar di dunia. Petronas juga bekerja sama dengan Pemerintah Jepang.
Adapun pada hari kedua IPA Convex, Rabu, dilakukan penandatanganan kesepakatan antara PT Pertamina (Persero) dan ExxonMobil terkait dengan aktivitas pendahuluan CCS di Cekungan Asri dan Cekungan Sunda, bagian barat Laut Jawa. Selain itu, dilakukan juga penandatanganan framework agreement untuk pengembangan CCS hub antara Pertamina, ExxonMobil, dan Korea National Oil Corporation (KNOC).
”Pertamina dengan Korea Selatan studi dulu, juga dengan ExxonMobil. Untuk (berapa) kapasitas yang bisa disimpan di Sunda Asri. Pertamina akan mulai appraisal drilling, paling lambat tahun depan,” kata Jodi.
Jodi menambahkan, pemerintah akan membuat regulasi dan kebijakan yang tepat dalam implementasi CCS di Indonesia guna memastikan keamanan serta tercapainya kelayakan finansial. Para pemangku kepentingan, termasuk BUMN, diyakini bakal bekerja sama mendukung CCS sebagai bagian dari upaya nasional dalam dekarbonisasi menuju emisi nol bersih (NZE) 2060.
Ia pun memastikan pemerintahan berikutnya juga pro terhadap CCS. ”Kami memahami, banyak yang bertanya akan seperti apa pemerintahan ke depan. Namun, (CCS) telah menjadi satu topik yang didiskusikan oleh pemerintahan terpilih (2024-2029),” ujarnya.
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Dadan Kusdiana menuturkan, pihaknya menyiapkan aturan turunan dari perpres tentang CCS berupa peraturan menteri. ”Kami sudah ada drafnya. Tapi, saya yakin para pemangku kepentingan lebih paham tentang isu-isu yang sangat teknis dibandingkan pemerintah. Misalnya, berapa biaya penyimpanan (storage fee). Jadi, akan didiskusikan,” tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi penyimpanan karbon di Indonesia total sebesar 577 gigaton. Saat ini ada 15 proyek CCS/CCUS yang mayoritas dalam tahap studi. Adapun proyek CCS/CCUS terdepan di Indonesia adalah oleh BP, perusahaan multinasional migas, di Teluk Bintuni, Papua Barat, lewat proyek CCUS Tangguh. Proyek itu ditargetkan mulai beroperasi (onstream) atau injeksi pertama pada 2027.