BI: Kurs Rupiah Berkisar – BI: Kurs Rupiah Berkisar Rp 15.700 Per Dollar AS pada 2025. Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah pada 2025 akan berada dalam rentang Rp 15.300 per dollar AS hingga Rp 15.700 per dollar AS.
Penguatan tersebut akan terjadi seiring dengan prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral AS pada 2025 dan kembali masuknya aliran modal portofolio ke dalam pasar keuangan domestik.
Berdasarkan data Jakarta Inter Spot kopislot77 Dollar (Jisdor), rupiah pada perdagangan Selasa (4/6/2024) ditutup di level Rp 16.220 per dollar AS. Selama dua pekan terakhir, rupiah bergerak di atas Rp 16.000 per dollar AS setelah sempat menyentuh Rp 15.439 per dollar AS pada penutupan pasar 22 Mei 2024.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, nilai tukar rupiah per akhir Mei 2024 menunjukkan penguatan kendati terhitung masih terdepresiasi sebesar 5,25 persen dibandingkan akhir 2023 yang mencapai Rp 15.399 per dollar AS. Meski demikian, depresiasi rupiah masih lebih baik dibandingkan dengan depresiasi pada mata uang negara lain, seperti peso Filipina, won Korea, serta baht Thailand.
“Tahun depan, kami perkirakan (rupiah) kisarannya Rp 15.300-Rp 15.700 per dollar AS. Batas atasnya memang sedikit lebih kuat dari yang disampaikan Menteri Keuangan (Rp 16.000 per dollar AS),” katanya dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR membahas Asumsi Dasar Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025 di Jakarta, Rabu (5/6/2024).
Hadir pula dalam rapat tersebut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, serta Pelaksana Tugas Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti. Rapat berlangsung terbuka.
Hingga akhir 2024, Perry melanjutkan, rupiah akan berada pada kisaran Rp 15.700-Rp 16.100 per dollar AS. Lebih lanjut, rupiah akan terus menguat seiring dengan pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Suku bunga acuan tersebut biasa disebut Fed Fund Rate (FFR).
Pemangkasan FFR diperkirakan dimulai pada akhir 2024 sebesar 25 basis poin (bps) dan dilanjutkan pada semester I-2025 sebesar 50 bps. Dengan demikian, suku bunga acuan AS diproyeksikan 4,5-4,75 persen dibandingkan saat ini yang masih 5,25-5,5 persen.
“Dengan tahun depan ada kejelasan berapa turunnya FFR, bisa memberikan kepastian aliran modal asing yang masuk,” kata Perry.
Tingkat suku bunga SBN yang menarik, Perry melanjutkan, akan semakin mengundang aliran modal asing masuk sehingga memperkuat posisi nilai tukar rupiah. Di sisi lain, prospek ekonomi Indonesia ke depan, seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, dan pertumbuhan sektor jasa keuangan, juga akan mengundang masuknya investasi portofolio asing.
Berdasarkan data transaksi pada 27-30 Mei 2024, investasi portofolio asing di pasar keuangan domestik membukukan beli neto senilai Rp 4,75 triliun. Ini terdiri dari beli neto senilai Rp 3,31 triliun di pasar SBN, beli neto senilai Rp 6,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta jual neto senilai Rp 4,75 triliun di pasar saham.
Sementara itu, dari awal tahun hingga 30 Mei 2024, investor asing mencatatkan beli neto senilai 42,72 triliun. Ini terdiri dari jual neto senilai Rp 34,72 triliun di pasar SBN, jual neto senilai Rp 4,26 triliun di pasar saham, dan beli neto senilai Rp 86,07 triliun di SRBI.
Secara keseluruhan, BI merumuskan asumsi dasar makroekonomi pada 2025, yakni pertumbuhan ekonomi 4,8-5,6 persen dan nilai tukar rupiah Rp 15.300-15.700 per dollar AS. Sementara itu, tingkat inflasi masih berada dalam target sasaran sebesar 1,5-3,5 persen.
Perry menambahkan, BI turut berupaya menjaga stabilitas dengan terus menjalin koordinasi bersama pemerintah. Salah satu upayanya adalah memberdayakan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 tentang Kewajiban Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam.
“Kami terus berupaya di tengah gejolak global. Kami terus menjaga nilai tukar rupiah, melakukan intervensi di pasar valas ataupun juga kemarin menaikkan BI Rate, dan juga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia untuk mencegah keluarnya aliran portofolio asing ke luar negeri,” ujar Perry.
Meski ada ruang bagi The Fed menurunkan FFR pada akhir 2024 dan awal 2025, ketidakpastian global masih relatif tinggi. Akibatnya, berbagai lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi global stagnan pada level 3,2 persen.