Data Ekonomi AS Buat IHSG Mendadak Ambrol – Indeks Harga Saham Gabungan kembali tertekan di hari terakhir perdagangan pekan ini, Jumat (26/4/2024). Perkembangan ekonomi Amerika Serikat menimbulkan ketakutan pasar akan dampaknya pada ekonomi global, termasuk Indonesia.
IHSG ditutup ambrol 119 poin atau 1,67 persen ke level 7.036. Harga 422 saham turun dibandingkan 153 harga saham yang alami kenaikan. Secara sektoral, seluruh indeks saham tumbuh venetian89 negatif dengan sektor teknologi alami pelemahan terdalam sebesar 40,93 poin atau 1,23 persen.
Penurunan ini menggagalkan tren kenaikan melewati level 7.100 sejak Selasa (23/4/2024), yang terjadi bersamaan dengan keluarnya penolakan Mahkamah Konstitusi terhadap tuntutan sengketa Pemilihan Presiden 2024 yang disusul penetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum.
Penguatan IHSG di atas 7.150 juga terjadi setelah Bank Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan dari 6,0 persen menjadi 6,25 persen pada Rabu (24/4/2024). Kebijakan ini diputuskan sebagai strategi moneter dalam menghadapi pelemahan rupiah yang terjadi pada dua minggu belakangan.
Phintraco Securitas, dalam laporan analisisnya, membaca bahwa pasar kini mengkhawatirkan tren perekonomian di luar negeri, khususnya dari AS. Tren ini terbaca dari rilis pada hari ini terkait penurunan produk domestik bruto (PDB) AS yang mencatat indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) turun sebesar 3,4 persen pada triwulan pertama 2024.
”Kondisi ini memunculkan kekhawatiran akan inflasi yang lebih persisten dan memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve (bank sentral AS) akan menahan suku bunga acuan lebih lama,” kata mereka.
Situasi ini juga terbaca di kinerja pasar saham AS yang bergerak melemah sejak Kamis (25/4/2024). Kombinasi dari pertumbuhan ekonomi yang lamban dan tingkat inflasi menambah ketidakpastian mengenai apakah dan kapan Federal Reserve atau The Fed akan menurunkan suku bunga.
Ekonomi AS tercatat hanya tumbuh sebesar 1,6 persen secara tahunan pada triwulan I-2024 dibandingkan dengan 3,4 persen pada triwulan sebelumnya. Angka pertumbuhan di bawah perkiraan sebesar 2,5 persen ini merupakan yang terendah sejak paruh pertama 2022.
Ekonom Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Abe Ryota, dalam laporan analisisnya, Kamis (25/4/2024), memperkirakan bahwa situasi di AS masih akan membuat dollar AS tetap kuat dan rupiah terdepresiasi lebih lama di atas Rp 16.000 per dollar AS kendati BI sudah mengambil kebijakan menaikkan suku bunga. Pada hari ini pun, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) masih mencatatkan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp 16.222.
”Ke depan, masih kecil kemungkinan The Fed akan menurunkan suku bunga secara agresif selama inflasi masih belum turun, yang dapat menyebabkan apresiasi dollar AS dalam jangka waktu yang lama. Hasil pemilu presiden AS juga bisa memperkuat dollar AS,” katanya.
Ryota menilai, inflasi AS akan juga akan memengaruhi kebijakan moneter BI dan perekonomian dalam negeri. Di sisi lain, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan tidak akan melampaui level Rp 16.500 sehingga BI tidak perlu menaikkan suku bunga lagi.
Samuel Kesuma, Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), dalam analisisnya, berharap pelemahan rupiah hanya bersifat sementara. ”Proyeksi kami untuk nilai tukar rupiah di akhir tahun nanti adalah kisaran Rp 14.900 sampai dengan Rp 15.300 per dollar AS,” katanya.
Ekonomi dalam negeri
Para ahli ekonomi menilai, BI perlu terus memperkuat bauran kebijakan untuk menjaga nilai tukar lewat intervensi di pasar mata uang. Pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder yang juga diharapkan bisa menopang pasar obligasi.
Sementara itu, perekonomian Indonesia sejauh ini masih tetap terjaga. Sejak Desember 2022, Indeks Keyakinan Konsumen stabil bertengger di atas level 120, indeks sektor manufaktur terkini berada di level tertinggi sejak November 2021, dan data penjualan ritel pun sejak Desember 2023 secara gradual konsisten berbalik arah positif.
”Pemulihan yang terus berlanjut membuat BI memperkirakan PDB Indonesia dapat tumbuh di kisaran 5,1 persen di 2024,” kata Samuel.