Girang Inflasi Mei Terbaik – Girang Inflasi Mei Terbaik di Dunia, Jokowi Minta Waspadai Tantangan Neraka Iklim. Presiden Joko Widodo menyebut inflasi tahunan Indonesia pada Mei 2024 di angka 2,84 persen merupakan salah satu yang terbaik di dunia.
Pencapaian ini patut diapresiasi karena inflasi pada satu dekade lalu masih di angka 9,6 persen. Pertumbuhan ekonomi pun baik, berada di angka 5,11 persen.
”Ini segar, segar kalau seperti ini. Tapi, kita harus tetap waspada, hati-hati, tidak boleh lengah. Tantangan ke depan tidak mudah. Saya kira, Bapak Ibu semuanya sudah mendengar warning dari Sekjen PBB bahwa dunia menuju pada neraka iklim. Ngeri,” ujar Presiden Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6/2024).
Dalam TPID Award, provinsi yang https://www.sunstaroptical.com/ meraih kinerja terbaik 2024 adalah Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Barat. DKI Jakarta tergolong provinsi dengan inflasi rendah meskipun tak meraih penghargaan. Adapun kabupaten/kota berkinerja terbaik adalah Kota Pekanbaru, Madiun, Banjarmasin, Bone, dan Mataram.
Seperti diberitakan sebelumnya, tahun lalu, subsidi harga pangan untuk 1 juta lebih penduduk hingga pasar murah menjadi pemicu terkendalinya inflasi di Jakarta. Stok komoditas pangan, seperti beras, jelang Ramadhan tahun ini relatif stabil. Situasi tersebut membuat inflasi Jakarta lebih rendah daripada inflasi nasional. Daerah patut mencontoh strategi Jakarta (Kompas.id, 4/4/2023).
Presiden menyebut tantangan iklim ini sebagai neraka iklim karena suhu akan mencapai rekor tertinggi pada lima tahun ke depan. ”Hati-hati, satu tahun terakhir ini kita rasakan betul adanya gelombang panas, periode terpanas. Di India bahkan sampai 50 derajat, di Myanmar 45,8 derajat, panas sekali,” tambahnya.
Menurut Presiden, Badan Pangan Dunia (FAO) bahkan memprediksi situasi dunia akan mengalami kelaparan berat pada 2050 apabila kondisi seperti saat ini dibiarkan. Bencana kelaparan ini harus mulai diantisipasi karena sekitar 50 juta petani akan kekurangan air yang berdampak pada kekurangan pangan.
”Jangan main-main urusan kekeringan, jangan main-main urusan gelombang panas. Larinya bisa ke inflasi. Begitu stok tidak ada, produksi berkurang, artinya harga pasti akan naik. Otomatis, hukum pasarnya seperti itu,” kata Presiden Jokowi.
Dalam tiga bulan ini, Kementerian Pertanian serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat diperintahkan bekerja sama dengan TNI untuk secepatnya memasang sekitar 20.000 pompa di sentra produksi beras. Pompanisasi diperlukan sebagai langkah antisipasi kekeringan pada musim kemarau yang akan mulai berlangsung memasuki Juli hingga Oktober.
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto juga menegaskan bahwa inflasi tahunan (year on year) bulan Mei 2024, yakni sebesar 2,84 persen, sangat baik dibandingkan dengan negara lain yang tergabung dalam G20. Inflasi Rusia mencapai 7,84 persen, India 4,75 persen, Australia 3,6 persen, dan Amerika Serikat 3,3 persen.
”Terkendalinya inflasi ini mendukung kinerja ekonomi 5,11 (persen), lebih berkualitas dibandingkan negara lain,” kata Airlangga.
Airlangga menambahkan bahwa terjadi pergeseran, yakni ketika perdagangan ASEAN ke AS untuk pertama kalinya lebih tinggi dibandingkan ke China. ”Ini untuk pertama kali dalam sejarah. Artinya, pergeseran supply chain memang terjadi. Hanya, karena memang kita belum punya FTA (perjanjian perdagangan bebas), yang diuntungkan hanya Thailand, Vietnam, dan beberapa negara lain di ASEAN,” ujarnya.
Demi menjaga inflasi tetap terkendali, pemerintah akan terus melakukan stabilisasi harga untuk mengatasi kenaikan harga jangka pendek. Penyaluran beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan), bantuan pangan, dan gerakan pangan murah juga telah berhasil menekan kenaikan harga pangan yang lebih tinggi.
Selain itu, pemerintah meningkatkan produksi dengan penambahan alokasi pupuk subsidi ataupun akses pembiayaan untuk sektor pertanian. Kredit usaha rakyat untuk sektor pertanian sebesar 30 persen. Pemerintah juga memastikan kelancaran distribusi, terutama untuk 10 pangan srategis hingga optimalisasi tol laut untuk daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Menurut Airlangga, dukungan fiskal pemerintah pusat dalam bentuk anggaran untuk pengendalian inflasi telah mencapai Rp 39 triliun. Nilai ini setara dengan 29 persen dari pagu Rp 124,16 triliun. Sementara itu, realisasi dukungan fiskal di daerah mencapai Rp 13,56 triliun atau 14,6 persen dari pagu Rp 92,87 triliun. Dengan demikian, totalnya mencapai Rp 52,56 triliun.
Selain dukungan fiskal, Airlangga mengungkapkan arti penting beberapa strategi. Strategi dimaksud adalah kesinambungan pasokan domestik sebagai kunci utama dalam menjaga stabilitas pangan daerah serta pengembangan neraca pangan.
”Bapanas akan mempersiapkan terkait dengan hal kedua, yaitu penyediaan pangan akuntabel. Dengan neraca pangan, stabilitas harga bisa lebih termonitor di daerah,” ujarnya.