Impor Beras Kembali Bertambah – Impor Beras Tahun Ini Kembali Bertambah Jadi 5,17 Juta Ton. Pemerintah berencana mengimpor 5,15 juta ton beras pada tahun ini untuk menambal penurunan produksi beras yang diperkirakan cukup signifikan. Kuota impor beras tersebut bertambah dari yang sebelumnya ditetapkan pemerintah sebesar 3,6 juta ton.
Merujuk pada Proyeksi Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2024 yang dimutakhirkan pada Mei 2024, Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan, realisasi impor beras pada Januari-April 2024 sebanyak 1,77 juta ton. Kemudian kopislot77 pada Mei-Desember 2024, pemerintah melalui Perum Bulog berencana mengimpor 3,4 juta ton beras berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas.
”Jadi, total beras yang akan diimpor tahun ini sebanyak 5,17 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 3,6 juta ton telah diterbitkan surat persetujuan impornya,” ujarnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah yang digelar Kementerian Dalam Negeri secara hibrida di Jakarta, Senin (24/4/2024).
Tahun lalu, pemerintah menetapkan kuota impor beras untuk tahun ini sebanyak 2 juta ton. Pada Februari 2024, kuota impor itu ditambah 1,6 juta ton menjadi 3,6 juta ton. Kemudian pada Mei 2024, rencana impor beras itu bertambah menjadi 5,17 juta ton.
Edhy juga menyebutkan, jumlah stok beras sampai akhir 2024 diperkirakan sebanyak 9,6 juta ton. Stok itu dapat dipenuhi jika produksi beras nasional mencapai 31,5 juta ton dan rencana impor 5,17 juta ton beras itu terealisasi semua.
Target produksi beras sebanyak 31,5 juta ton itu belum memperhitungkan potensi terjadinya banjir, kekeringan, serta serangan hama penyakit. Kendati begitu, total produksi beras pada tahun ini berpotensi turun cukup signifikan.
Merujuk hasil Kerangka Sampel Area Badan Pusat Statistik, total produksi beras nasional pada Januari-Juli 2024 diperkirakan sebesar 18,64 juta ton. Volume produksi beras itu turun 2,47 juta ton dibandingkan Januari-Juli 2023 yang sebanyak 21,11 juta ton.
”Hal itu perlu diantisipasi dengan mengimpor beras. Impor beras bukan barang haram dan perlu dilakukan saat produksi beras turun,” katanya.
Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Epi Sulandari menuturkan, hingga kini, impor beras tahun ini yang ditugaskan pemerintah kepada Bulog sebanyak 3,6 juta ton. Dari jumlah itu, realisasinya per 23 Juni 2024 sudah mencapai 1,7 juta ton.
Bulog juga telah merealisasikan sisa kuota impor beras tahun lalu pada tahun ini sekitar 300.000 ton. Dengan begitu total beras yang telah diimpor sebanyak 2 juta ton.
”Untuk menambah cadangan beras pemerintah (CBP), kami juga menargetkan menyerap gabah atau beras di dalam negeri sebanyak 900.000 ton setara beras. Realisasinya hingga 23 Juni 2024 sebanyak 716.701 ton,” tuturnya.
Berdasarkan data Bulog, per 23 Juni 2024, stok beras badan usaha milik negara itu sebanyak 1,66 juta ton. Stok itu terdiri dari CBP sebesar 1,6 juta ton dan komersial 63.111 ton.
Dalam rapat tersebut, Kantor Staf Presiden (KSP) meminta kementerian/lembaga dan pemerintah daerah mengatasi potensi penurunan produksi dan kenaikan harga beras sepanjang semester II-2024. Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menghentikan alih fungi lahan pertanian produktif.
Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Proyono menilai, harga beras premium dan medium pada akhir Juni 2024 memang mulai turun kendati masih relatif tinggi dibandingkan tahun lalu. Namun ke depan, harga beras berpotensi naik lantaran produksinya diperkirakan turun akibat musim kemarau.
Oleh karena itu, sejumlah langkah antisipasi perlu dilakukan. Pertama, hentikan alih fungsi sawah produktif ke penggunaan nonpertanian. Hal itu dapat diupayakan dengan memperketat izin alih fungsi lahan pertanian dan memberikan insentif pembebasan pajak bumi bangunan.
Merujuk data Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), pada 2022, rata-rata konversi lahan sawah menjadi nonsawah di Indonesia berkisar 100.000-150.000 hektar per tahun. Adapun Kementerian Pertanian mencatat, selama kurun waktu lima tahun, luas sawah berkurang dari 8,1 juta hektar pada 2015 menjadi 7,5 juta hektar pada 2019.
Kedua, lanjut Edy, jaringan irigasi primer, sekunder, dan tersier perlu segera diperbaiki dan dibangun terutama di lokasi-lokasi waduk dan bendungan baru. Upaya itu diperlukan lantaran baru 552.000 hektar atau sekitar 52 persen dari total 5,5 juta hektar sawah yang mendapatkan pasokan air irigasi sepanjang tahun.