Kontribusi ke Perekonomian Negara – Bursa Komoditas Beri Kontribusi ke Perekonomian Negara. Bursa komoditas yang menjadi tempat pertemuan antara permintaan dan penawaran komoditas serta produk turunannya dapat berkontribusi positif bagi perekonomian nasional. Pengembangan bursa untuk komoditas unggulan selayaknya dilakukan dengan menguatkan kolaborasi antarpemangku kebijakan.
Hadirnya bursa komoditas dinilai Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Group, sebagai satu dari dua penyelenggara bursa komoditas di Indonesia, terbukti 39judi memberikan sumbangsih terhadap ekonomi.
Salah satu contohnya, menurut Direktur ICDX Nursalam, adalah layanan pasar fisik timah yang telah hadir sejak 2013. Timah menjadi salah satu komoditas yang sudah banyak diperdagangkan di ICDX, selain emas, kontrak minyak mentah, dan perdagangan forex.
”Dulu, orang bilang bahwa Indonesia punya timah, kemudian Singapura punya devisa, dan Malaysia punya nama. Artinya apa? Bahwa produk kita itu diekspor ke luar negeri dan kita enggak punya apa-apa. Semua diakui oleh luar negeri. Makanya, kita membuat agar semua komoditas itu ditransaksikan di dalam bursa Indonesia,” tutur Nursalam di sela-sela acara ICDX 15th Anniversary 15ustain-action, di Jakarta, Selasa (2/7/2024).
Nursalam mengatakan, setelah beroperasi 10 tahun, pasar fisik timah telah menciptakan referensi harga yang pelan-pelan menjadi acuan dunia, bukan lagi hanya bursa berjangka komoditas logam kelas dunia, seperti London Metal Exchange. Selain itu, transaksi di bursa telah meningkat sehingga pendapatan negara akan lebih optimal.
”Pertama dari sisi perpajakan. Jadi, kalau dulu, ketika tidak ada bursa, maka kontrolnya agak susah. Begitu ada bursa, maka data (transaksi) itu real-time ada di bursa, maka cara menghitung pajaknya akan lebih gampang. Semuanya sudah transparan di bursa, pihaknya siapa, volumenya berapa, harganya berapa, nilainya berapa,” jelas pria yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama ICDX dan kini digantikan Fajar Wibhiyadi.
Kontribusi lainnya adalah devisa hasil ekspor (DHE) lebih maksimal karena nilai transaksi yang telah dibuka secara transparan harus kembali lagi ke Indonesia dalam nilai sama. Jika tidak, maka transaksi lewat bursa akan menjadi cacat.
Mekanisme perdagangan di bursa komoditas yang transparan juga menjaga volatilitas harga timah. Dengan perdagangan yang lebih berintegritas, kata Nursalam, saat ini semakin banyak orang luar melakukan pembelian di Indonesia, tidak lagi membeli lewat pasar sekunder di luar negeri, seperti Singapura. Transaksi perdagangan pun lebih dari 80 persen sudah dilakukan di dalam negeri.
Berdasarkan data ICDX, sejak 2013 hingga akhir 2023, volume transaksi timah murni batangan di pasar fisik sebesar 485.940 metrik ton dengan nilai 10,45 miliar dollar AS. Transaksi itu dilakukan oleh 100 anggota yang terdiri dari 55 penjual atau eksportir terdaftar dan 45 pembeli.
Pada akhir 2023, ICDX atas izin Bappebti juga membuat bursa minyak sawit mentah atau CPO, baik fisik maupun kontrak berjangka. Hingga pertengahan 2024, bursa transaksi fisik telah diikuti 51 perusahaan, dengan peserta aktif 16 perusahaan. Transaksi perdagangan kontrak berjangka CPO telah mencapai rata-rata 250 ton per hari.
Sementara itu, total volume transaksi pasar fisik CPO baru sebesar 250 ton hingga hari ini. Ini masih jauh dari target 100 anggota perusahaan aktif dan volume transaksi 1.250 ton per hari hingga akhir tahun 2024.
Nursalam mengakui, prinsip transparansi menjadi kendala implementasi bursa komoditas. Tantangan lainnya adalah edukasi, yang menjadi pekerjaan rumah banyak pihak, baik pemerintah, media, maupun akademisi. Jika ini dapat dikerjakan dengan baik, bursa komoditas Indonesia bisa merambah komoditas unggul dalam negeri lainnya, seperti kopi, kakao, dan nikel.
”Kerja sama antarlembaga dan kementerian dalam hal pengaturan ini juga penting karena kalau masing-masing egosentrisnya kuat, ini susah. Satu produk komoditas itu biasanya diatur oleh banyak kementerian. Maka dari itu, semuanya harus kompak untuk menuju satu tujuan yang sama,” ujarnya.
Ekonom Bank Mandiri, Dendi Ramdani, berpendapat, kehadiran bursa komoditas pada akhirnya bertujuan menciptakan harga yang transparan. Keberadaan bursa komoditas, menurut dia, juga tidak mengharuskan semua transaksi fisik ada di pasar tersebut. Hal tersebut banyak terjadi di bursa internasional lainnya.
”Cuma untuk kita bisa sampai ke sana ada beberapa hal yang harus disediakan, dari infrastruktur dan ketersediaan marketnya. Mekanismenya sama seperti di bursa saham,” tuturnya saat dihubungi Kompas.