KTT SBC: Mempertahankan aliansi berusia 638 tahun – SBC Summit 2025 bukan hanya ajang pameran teknologi dan diskusi industri iGaming, tetapi juga ruang refleksi tentang nilai-nilai kolaborasi lintas sektor, lintas generasi, bahkan lintas abad. Salah satu tema menarik yang diangkat dalam konferensi tahun ini adalah bagaimana dunia modern dapat belajar dari aliansi bersejarah yang telah bertahan selama 638 tahun. Topik ini mencuri perhatian karena menyoroti pentingnya stabilitas, saling percaya, dan keberlanjutan impian789 dalam hubungan bisnis maupun politik.
Aliansi Berusia 638 Tahun: Sebuah Simbol Ketahanan
Aliansi yang dimaksud sering dikaitkan dengan Perjanjian Windsor (Treaty of Windsor) tahun 1386, antara Kerajaan Inggris dan Portugal. Perjanjian itu membentuk dasar hubungan diplomatik, militer, dan perdagangan yang hingga kini masih diakui sebagai aliansi tertua yang terus berjalan dalam sejarah dunia.
Dari perspektif sejarah, perjanjian ini bukan sekadar dokumen politik, melainkan fondasi kerja sama yang telah mengatasi berbagai ujian: perang dunia, kolonialisme, revolusi, hingga dinamika global abad ke-21. Fakta bahwa aliansi ini masih relevan setelah 638 tahun adalah bukti bahwa hubungan jangka panjang bisa dipertahankan jika dibangun atas dasar saling menguntungkan dan kepercayaan.
Relevansi dengan Dunia Modern dan Industri iGaming
Mengapa isu ini diangkat dalam SBC Summit—sebuah konferensi yang fokus pada iGaming, taruhan olahraga, dan hiburan digital? Jawabannya sederhana: industri modern membutuhkan model kerja sama yang tahan lama.
Dalam konteks iGaming, banyak kemitraan antara operator, penyedia perangkat lunak, regulator, hingga pemangku kepentingan lainnya. Namun, tidak semua hubungan mampu bertahan lama karena terkadang terhambat oleh perbedaan kepentingan jangka pendek.
Aliansi berusia 638 tahun memberi pelajaran penting:
-
Kepercayaan sebagai Fondasi – Seperti Inggris dan Portugal, operator dan mitra bisnis harus membangun hubungan berbasis integritas.
-
Fleksibilitas dalam Krisis – Aliansi tersebut tetap utuh meski dunia berubah drastis. Dalam iGaming, fleksibilitas juga penting saat menghadapi regulasi baru atau perubahan tren konsumen.
-
Visi Jangka Panjang – Aliansi tidak bertahan karena keuntungan sesaat, melainkan visi keberlanjutan. Perusahaan modern perlu meniru strategi ini dalam merancang roadmap bisnis.
Diskusi Panel di SBC Summit
Dalam sesi khusus bertajuk “Legacy Partnerships: Lessons from History for Modern iGaming”, para pembicara mengupas bagaimana prinsip-prinsip aliansi kuno dapat diterapkan pada dunia hiburan digital.
Beberapa poin menarik yang muncul antara lain:
-
Regulasi sebagai penjaga stabilitas: seperti perjanjian diplomatik yang menjamin perdamaian, regulasi iGaming harus menjaga keseimbangan antara inovasi dan tanggung jawab.
-
Kolaborasi lintas industri: penyedia game, fintech, dan platform teknologi perlu bekerja sama, mirip dengan kerja sama perdagangan lintas negara di abad pertengahan.
-
Reputasi global: menjaga citra positif sangat penting agar hubungan bisa langgeng.
Diskusi ini menegaskan bahwa meski konteks berbeda, esensi kolaborasi tetap sama: keberlanjutan hanya mungkin jika ada keselarasan kepentingan dan nilai.
Aliansi 638 Tahun sebagai Inspirasi Korporasi
Beberapa perusahaan yang hadir di SBC Summit menjadikan kisah aliansi ini sebagai inspirasi untuk strategi bisnis mereka. Misalnya:
-
Operator taruhan olahraga yang membangun kemitraan dengan klub sepak bola dalam jangka panjang, bukan sekadar sponsor semusim.
-
Penyedia teknologi blockchain yang menekankan transparansi agar dapat mempertahankan hubungan dengan regulator di berbagai negara.
-
Investor global yang mencari proyek jangka panjang dengan model pertumbuhan berkelanjutan, bukan keuntungan cepat.
Pelajaran dari aliansi Inggris–Portugal adalah bahwa kerja sama bukan hanya soal kontrak, melainkan komitmen untuk terus beradaptasi menghadapi zaman.
Tantangan untuk Aliansi Modern
Meski inspiratif, membangun aliansi tahan ratusan tahun tentu menghadapi tantangan besar. Dalam konteks bisnis modern, hambatan yang dihadapi antara lain:
-
Perubahan Regulasi Cepat – Setiap yurisdiksi memiliki aturan yang bisa berubah sewaktu-waktu.
-
Teknologi yang Disruptif – Inovasi baru bisa mengubah arah industri dalam hitungan bulan.
-
Kompetisi Global – Tidak semua mitra memiliki visi keberlanjutan; sebagian hanya mengejar keuntungan singkat.
-
Krisis Ekonomi dan Politik – Sama seperti perang yang menguji aliansi kuno, krisis global saat ini bisa menguji ketahanan kolaborasi bisnis.
Aliansi berusia 638 tahun menunjukkan bahwa kunci untuk melewati tantangan tersebut adalah komunikasi terbuka, saling percaya, dan adaptasi konstan.
Kesimpulan
KTT SBC 2025 memberikan panggung bukan hanya untuk inovasi teknologi iGaming, tetapi juga untuk refleksi mendalam tentang makna kerja sama jangka panjang. Dengan mengangkat kisah aliansi berusia 638 tahun antara Inggris dan Portugal, summit ini menegaskan bahwa keberlanjutan bukan hanya jargon, melainkan strategi yang sudah terbukti dalam sejarah.
Bagi para pelaku industri iGaming, pelajarannya jelas: membangun aliansi tidak cukup hanya dengan menandatangani kontrak, tetapi harus menanamkan nilai saling percaya, visi jangka panjang, dan kemampuan beradaptasi. Jika nilai-nilai itu dipegang teguh, bukan tidak mungkin lahir kemitraan modern yang akan dikenang berabad-abad kemudian—seperti halnya aliansi yang sudah bertahan selama 638 tahun.