Pada awal abad ke-20, London menghadapi tantangan besar: kemacetan lalu lintas yang parah menghambat pengiriman surat dan paket di antara kantor pos utama. Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah Inggris merancang sebuah sistem revolusioner—Post Office (London) Railway, yang kemudian dikenal sebagai Mail Rail. Sistem ini berupa jaringan kereta bawah tanah otomatis yang khusus mengangkut surat, bukan penumpang, menghubungkan berbagai kantor pos dan stasiun utama di kota London.
Inspirasi datang dari sistem serupa di Chicago. Pada tahun 1911, rencana pembangunan jalur bawah tanah sepanjang 6,5 mil (10,5 km) disetujui, menghubungkan Paddington di barat hingga Whitechapel di timur. Pembangunan dimulai pada 1915, namun sempat tertunda akibat Perang Dunia I dan kekurangan material. Baru pada tahun 1927, Mail Rail resmi beroperasi, menjadi sistem kereta bawah tanah otomatis pertama di dunia yang sepenuhnya didedikasikan untuk distribusi pos.
Operasi dan Keunikan: Kereta Kecil, Kinerja Besar
Mail Rail beroperasi di kedalaman rata-rata 21 meter di bawah permukaan kota, melewati sembilan stasiun utama, termasuk Mount Pleasant, Liverpool Street, dan Paddington. Jalur utamanya memiliki diameter sekitar 2,7 meter—lebih kecil dari London Underground—dan menggunakan rel sempit 2 kaki (610 mm). Kereta-kereta kecil ini mampu melaju hingga 64 km/jam di jalur utama, dan melambat di area stasiun untuk memastikan keamanan pengangkutan surat.
Setiap hari, Mail Rail mengangkut sekitar empat juta surat dan paket, dengan lebih dari 200 staf yang terlibat dalam operasional dan pemeliharaan sistem. Dalam masa jayanya, sistem ini mampu memangkas waktu pengiriman surat lintas kota dari beberapa jam menjadi hanya 30 menit. Bahkan, selama Perang Dunia II, Mail Rail tetap beroperasi dan menjadi tempat penyimpanan artefak berharga seperti Rosetta Stone dan karya seni dari museum-museum nasional.
Salah satu aspek unik dari Mail Rail adalah kereta-keretanya yang sepenuhnya otomatis, tanpa masinis. Sistem ini sudah mengadopsi teknologi driverless sejak awal, sebuah inovasi yang jauh mendahului zamannya. Selain itu, jaringan ini memiliki bengkel bawah tanah di Mount Pleasant yang mampu melakukan hampir semua perbaikan, kecuali pengecoran besar.
Tantangan, Penutupan, dan Transformasi Menjadi Warisan Budaya
Memasuki era 2000-an, perubahan pola distribusi surat dan meningkatnya biaya operasional membuat Mail Rail semakin sulit dipertahankan. Pada 2003, Royal Mail secara resmi menutup layanan ini, menyebut biaya pengoperasian lima kali lipat lebih mahal dibandingkan transportasi darat, meski ada perdebatan bahwa sistem ini hanya digunakan pada sepertiga kapasitasnya. Penutupan Mail Rail juga menuai kritik karena berpotensi menambah kemacetan akibat bertambahnya truk pengangkut surat di jalanan.
Meski demikian, warisan Mail Rail tidak hilang begitu saja. Pada 2017, sebagian terowongan dan fasilitasnya diubah menjadi The Postal Museum, memungkinkan publik untuk merasakan pengalaman unik naik kereta Mail Rail sejauh satu kilometer di bawah tanah. Pengunjung dapat menyaksikan langsung bagaimana sistem ini bekerja, melihat koleksi kereta asli, serta mengikuti tur berjalan kaki yang dipandu ahli untuk menelusuri sejarah dan teknologi di balik jaringan bawah tanah ini.
CEO The Postal Museum, Laura Wright, menegaskan pentingnya Mail Rail sebagai penghubung masyarakat, terutama di masa pandemi: “The post has connected people during the pandemic and continues to play a vital role”.
Kini, museum ini menjadi salah satu destinasi wisata edukatif favorit di London, menawarkan pengalaman sejarah yang imersif dan interaktif.
Studi Kasus dan Analisis: Mail Rail sebagai Inovasi Transportasi dan Warisan Teknik
Mail Rail bukan sekadar jalur distribusi surat; ia adalah laboratorium inovasi teknik dan transportasi perkotaan. Studi oleh tim University of Cambridge pada bagian terowongan yang tidak terpakai membuktikan ketahanan struktur besi cor Mail Rail terhadap pergerakan tanah akibat pembangunan Crossrail, sekaligus memberikan data penting untuk proyek infrastruktur masa depan. Sistem sinyal otomatis dan panel kontrol di setiap stasiun menjadi pelopor bagi teknologi kereta otomatis modern.
Dalam konteks global, Mail Rail sering dibandingkan dengan sistem serupa di Chicago, namun keunikan London terletak pada integrasi penuh dengan jaringan pos nasional dan keberlanjutan operasionalnya selama lebih dari 75 tahun tanpa gangguan besar, bahkan di masa perang. Penggunaan terowongan sebagai ruang penyimpanan artefak nasional juga menunjukkan fleksibilitas dan nilai strategis Mail Rail di luar fungsi utamanya.
Refleksi: Mail Rail sebagai Cermin Evolusi Kota London
Mail Rail adalah bukti nyata bagaimana inovasi dapat lahir dari kebutuhan mendesak dan berkembang menjadi warisan budaya yang dihargai lintas generasi. Dari solusi atas kemacetan lalu lintas, menjadi tulang punggung distribusi surat nasional, hingga kini bertransformasi menjadi museum interaktif, Mail Rail tetap relevan sebagai simbol kreativitas, efisiensi, dan daya tahan kota London.
Sebagaimana diungkapkan dalam laporan The Postal Museum, “Mail Rail reveals the story of the postal service’s subterranean world beneath the streets of London”.
Melalui lorong-lorong sunyi di bawah kota, Mail Rail mengingatkan kita bahwa inovasi dan sejarah selalu berjalan beriringan, membentuk identitas dan masa depan sebuah kota besar.