Guatemala, negeri yang dikenal dengan hutan lebat dan reruntuhan Maya, ternyata juga menyimpan dunia bawah tanah yang penuh misteri. Gua-gua dan terowongan yang membentang jauh di bawah permukaan bukan sekadar fenomena geologi, melainkan juga saksi bisu sejarah ribuan tahun, tempat berlangsungnya ritual, pengorbanan, dan penyimpanan artefak yang belum tersentuh tangan manusia modern. Berbagai penemuan arkeologi terbaru membuktikan bahwa gua-gua ini adalah kunci untuk memahami kepercayaan, teknologi, dan kehidupan spiritual masyarakat Maya kuno.
Gua-Gua Legendaris Guatemala: Dari Lanquin hingga Candelaria
Guatemala memiliki sejumlah gua bawah tanah yang menjadi destinasi eksplorasi dan penelitian, seperti Lanquin Caves, Grutas Las Marias, dan Candelaria Caves.[1] Gua-gua ini membentang di wilayah pegunungan dan hutan tropis, menawarkan lorong-lorong panjang, stalaktit, dan stalagmit yang menakjubkan. Namun, sebagian besar sistem gua di Guatemala masih belum sepenuhnya dipetakan atau dijelajahi, menyimpan potensi penemuan baru baik dari sisi geologi maupun arkeologi.
Cueva de Sangre: Ritual Pengorbanan dan Jejak Kematian
Salah satu temuan paling menggemparkan dalam dekade terakhir adalah Cueva de Sangre atau “gua darah” di kawasan Petén. Di sini, para arkeolog menemukan ratusan tulang manusia yang terpotong-potong, menunjukkan bukti pengorbanan ritual yang dilakukan Suku Maya kuno.[2][3][4][5][6] Analisis forensik menunjukkan cedera traumatis pada tulang, seperti bekas kapak di dahi dan pinggul, serta penataan sisa-sisa tubuh secara non-anatomi—semuanya mengindikasikan praktik pengorbanan, bukan penguburan biasa.
“Kombinasi cedera yang ditemukan pada tulang, kepadatan tinggi jenazah manusia di gua, dan keberadaan benda-benda ritual, seperti bilah oker merah dan obsidian, sangat menunjukkan bahwa Cueva de Sangre merupakan lokasi pengorbanan ritual Maya kuno, bukan praktik penguburan standar.”
— Ellen Fricano, arkeolog forensik, Live Science (2025)
Gua ini hanya bisa diakses melalui celah kecil dan lorong rendah yang menuju kolam air, serta kemungkinan besar hanya dapat dimasuki saat musim kemarau.[3][5] Peneliti menduga waktu pengorbanan bertepatan dengan ritual memohon hujan dan panen, seperti Hari Salib Suci, yang berlangsung sebelum musim hujan tiba.
Cenote dan Gua Bawah Laut: Kapsul Waktu Peradaban Maya
Tak hanya gua kering, Guatemala dan Semenanjung Yucatán juga memiliki gua bawah laut atau cenote yang terbentuk oleh akuifer raksasa di bawah tanah.[7][8] Cenote menjadi tempat ibadah, pengorbanan, dan sumber air bagi Suku Maya. Di dalamnya, peneliti menemukan artefak keramik, tulang manusia, sisa-sisa megafauna seperti sloth raksasa, hingga altar persembahan bagi dewa perang dan perdagangan.[8]
Salah satu cenote paling terkenal adalah sistem Sac Actun dan Dos Ojos, yang kini diakui sebagai gua bawah laut terbesar di dunia. Gua-gua ini menyimpan lebih dari 120 artefak, tengkorak manusia berusia 9.000 tahun, dan bukti fluktuasi permukaan air yang memberikan sumber kehidupan selama masa kekeringan parah.[8]
“Gua-gua bawah laut di Semenanjung Yucatán adalah kapsul waktu yang menyimpan sejarah peradaban ribuan tahun. Tidak mengherankan cenote dianggap suci oleh Suku Maya karena bentuk dan fungsinya yang unik.”
— Martin Broen, fotografer dan penyelam profesional
Makna Spiritual dan Sosial: Dunia Bawah Tanah dalam Budaya Maya
Bagi masyarakat Maya, gua dan cenote bukan sekadar ruang fisik, melainkan gerbang menuju dunia bawah (Xibalba)—tempat roh leluhur, dewa, dan kekuatan alam bersemayam. Ritual pengorbanan manusia, penempatan artefak, dan lukisan gua adalah bagian dari upaya menjaga harmoni antara dunia manusia dan dunia roh.[3][4][5][6]
Penemuan tumpukan tengkorak, pengaturan tulang secara non-anatomi, serta penggunaan oker merah dan obsidian dalam ritual mengindikasikan kompleksitas kepercayaan dan struktur sosial Maya. Dalam beberapa kasus, deformasi tengkorak ditemukan sebagai simbol status sosial tinggi dan penghormatan terhadap kekuatan jaguar, hewan sakral dalam mitologi Maya.[7]
Teknologi Modern: Menyingkap Lorong dan Ruang Rahasia
Eksplorasi gua dan terowongan bawah tanah kini semakin maju berkat teknologi pemindaian seperti radar penetrasi tanah, tomografi resistivitas listrik, dan tomografi suara seismik.[9] Metode ini memungkinkan peneliti mendeteksi ruang dan lorong tersembunyi tanpa merusak situs bersejarah. Proyek-proyek seperti Lyobaa di Meksiko membuktikan pentingnya kombinasi geofisika dan arkeologi lapangan untuk mengungkap dunia bawah tanah yang selama ini hanya ada dalam legenda.
“Ruangan dan terowongan yang baru ditemukan berkaitan secara langsung dengan kepercayaan Zapotec kuno dan konsep dunia bawah. Ini mengonfirmasi kebenaran anggapan lampau tentang ritual rumit dan upacara yang dilakukan di ruang bawah tanah.”
— Marco Vigato, pendiri ARX Project
Namun, peneliti menekankan pentingnya verifikasi lapangan. Data geofisika harus dikonfirmasi lewat penggalian arkeologi agar interpretasi tidak keliru.[9]
Kesimpulan: Menjaga Warisan dan Menguak Misteri yang Tersisa
Gua dan terowongan bawah tanah Guatemala adalah laboratorium alam dan budaya yang menyimpan warisan peradaban Maya. Setiap penemuan—dari artefak, tulang, hingga sistem lorong rahasia—menambah pemahaman tentang kehidupan spiritual, teknologi, dan struktur sosial masyarakat kuno. Namun, masih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap, baik melalui penelitian arkeologi, analisis DNA purba, maupun eksplorasi teknologi canggih.
Langkah nyata yang dapat diambil pembaca adalah mendukung riset arkeologi, menghormati situs budaya, dan menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya pelestarian warisan dunia bawah tanah. Dengan begitu, kita tidak hanya menjaga sejarah, tetapi juga membuka peluang baru bagi ilmu pengetahuan dan pemahaman lintas budaya.
Guatemala bukan sekadar negeri Maya di atas tanah—tetapi juga dunia penuh teka-teki di kedalaman bumi, menanti untuk diceritakan kembali.