Neraca Perdagangan RI Surplus – Neraca Perdagangan RI Surplus Beruntun Empat Tahun Terakhir. Neraca perdagangan barang migas dan nonmigas Indonesia mengalami surplus selama empat tahun terakhir atau 48 bulan beruntun sejak Mei 2020. Komoditas penopang utamanya adalah bahan bakar mineral yang didominasi batu bara serta lemak dan minyak hewan nabati, terutama minyak sawit dan produk turunan.
Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu (15/5/2024), merilis, neraca perdagangan migas dan nonmigas Indonesia pada April 2024 surplus sebesar 3,56 miliar dollar AS. Nilai tersebut turun 1,02 persen secara bulanan dan 0,38 persen secara tahunan.
Surplus neraca dagang April 2024 itu terjadi lantaran nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan impor. Nilai ekspor RI pada April 2024 sebesar 19,62 miliar dollar AS atau turun 12,97 persen secara bulanan, sedangkan impor senilai 16,06 miliar dollar AS atau turun 10,6 persen secara bulanan.
Meskipun tren surplus neraca perdagangan barang itu cenderung turun sejak akhir 2022, RI masih mengalami surplus neraca dagang sejak Mei 2020 hingga April 2024. Sepanjang periode itu, neraca perdagangan RI surplus sebesar 157,15 miliar dollar venetian89 AS dengan komoditas utama penopangnya adalah batu bara dan minyak sawit beserta turunannya.
Deputi Bidang Statistik Perdagangan dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, sebelumnya, Indonesia pernah mengalami surplus beruntun neraca perdagangan barang. Surplus neraca dagang paling lama terjadi selama 152 bulan berturut-turut sejak Juni 1995 hingga April 2008.
”Kemudian, pada Januari 2016 hingga Juni 2017, neraca dagang Indonesia juga mengalami surplus selama 18 bulan beruntun,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara hibrida di Jakarta.
BPS juga mencatat, surplus neraca perdagangan barang selama empat tahun itu disokong surplus nonmigas yang mencapai 224,15 miliar dollar AS. Surplus tersebut juga tidak terlepas dari defisit neraca dagang yang sebesar 66,93 miliar dollar AS.
Selama 48 beruntun itu, RI mengalami surplus dagang terbesar dengan Amerika Serikat senilai 54,24 miliar dollar AS, India 42,74 dollar AS, dan China 34,81 dollar AS. Sementara defisit dagang terbesar dialami RI dengan Australia senilai 21,35 miliar dollar AS, Singapura 18,91 miliar dollar AS, dan Brasil 9,64 miliar dollar AS.
Pertemuan APEC
Dalam rangka menumbuhkan kinerja ekspor, Indonesia menggulirkan sejumlah cara. Salah satunya memperkuat kerja sama dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Pada 16-18 Mei 2024, RI mengikuti Pertemuan Menteri Perdagangan APEC yang digelar di Arequipa, Peru. Dalam pertemuan bertema ”Empower Include Grow” itu, delegasi Indonesia dipimpin Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan. Di sela-sela pertemuan itu, Zulkifli juga dijadwalkan bertemu dengan sejumlah menteri negara mitra dagang, yaitu Selandia Baru, Korea Selatan, Kanada, dan Jepang.
Kami juga akan mengikuti pembahasan perkembangan rencana pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (FTAAP).
Zulkifli menuturkan, dalam forum itu, Indonesia akan terus menyerukan pentingnya perdagangan multilateral yang digaungkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan inklusivitas kawasan Asia Pasifik. RI juga akan memperkuat kerja sama perdagangan, investasi, dan sejumlah sektor ekonomi lainnya.
”Kami juga akan mengikuti pembahasan perkembangan rencana pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (Free Trade Area Asia Pacific/FTAAP),” tuturnya melalui siaran pers.
APEC dengan jumlah penduduk 2,96 miliar jiwa atau 38 persen penduduk dunia merupakan organisasi penting untuk memperkuat posisi ekonomi Indonesia dalam perdagangan dunia. Ekonomi APEC berkontribusi sebesar 59 triliun dollar AS atau 62 persen produk domestik bruto (PDB) dunia.
Perdagangan APEC mencakup 48 persen perdagangan dunia atau senilai 28 triliun dollar AS. Pada 2023, total perdagangan RI dengan negara-negara anggota APEC sebesar 358,62 miliar dollar AS. Ekspor RI ke APEC senilai 188,72 miliar dollar AS dan impor RI dari APEC sebesar 169,89 miliar dollar AS. RI masih mencatatkan surplus perdagangan dengan APEC senilai 18,63 miliar dollar AS.
Ekspor utama RI ke APEC, antara lain, bahan bakar mineral, minyak hewani dan nabati, besi dan baja, mesin elektronik, serta kendaraan. Adapun impor RI dari APEC, antara lain, berupa peralatan mekanis mesin, mesin elektronik, besi dan baja, plastik dan produk turunannya, serta kendaraan.