Pasar Domestik Topang Pertumbuhan – Sektor Berbasis Pasar Domestik Topang Pertumbuhan Kredit 2024. Sektor-sektor yang berbasis pada pasar domestik diperkirakan dapat menjadi topgaming77 penopang penyaluran kredit perbankan pada 2024.
Meski perbankan kini mulai lebih berhati-hati, penyaluran kredit akan tetap tumbuh dalam sasaran target 9-11 persen.
Penyaluran kredit perbankan pada Maret 2024 tercatat mencapai Rp 7.245 triliun atau tumbuh 12,4 persen secara tahunan. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh paling tinggi, yakni mencapai sebesar 14,83 persen secara tahunan, sedangkan nominal terbesar ada pada kredit modal kerja mencapai Rp 3.273,27 triliun atau tumbuh 12,3 persen secara tahunan.
Di sisi lain, likuiditas perbankan yang tecermin dari indikator alat likuid per noncore deposit (AL/NCD) dan alat likuid per dana pihak (AL/DPK) tetap solid, masing-masing sebesar 121,05 persen dan 27,18 persen. Selain itu, risiko kredit perbankan tetap terjaga rendah tecermin dari rasio nonperforming loan (NPL) sebesar 2,25 persen.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pertumbuhan kredit tersebut tidak lepas dari aktivitas ekonomi yang meningkat pada kuartal I-2024 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen secara tahunan. Meningkatnya konsumsi masyarakat tersebut didorong oleh momentum Ramadhan dan aktivitas belanja terkait kegiatan pemilihan umum (pemilu).
”Kami melihat sektor-sektor berbasis pasar domestik yang sifatnya non-cyclical dan tidak sensitif terhadap suku bunga, seperti industri makanan dan minuman, sektor perdagangan, dan sektor-sektor jasa, seperti informasi dan komunisasi, serta transportasi dan akomodasi memiliki prospek untuk penyaluran kredit tahun ini,” katanya saat dihubungi dari Jakarta, Jumat (17/5/2024).
Selain itu, permintaan kredit juga akan didorong oleh aktivitas investasi dan produksi produk dari berbagai industri. Hal ini seiring dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 yang diperkirakan 5,0-5,1 persen.
Josua menambahkan, kebijakan makroprudensial Bank Indonesia (BI) yang diarahkan untuk pertumbuhan ekonomi melalui Kebijakan Insentif Makroprudensial (KLM) turut mendorong pertumbuhan kredit ke depan. Dengan demikian, pertumbuhan kredit hingga akhir tahun 2024 diperkirakan mencapai 10-11 persen secara tahunan.
Sektor terkait pariwisata, seperti akomodasi, penyediaan makanan minuman, pertanian dan transportasi/telekomunikasi juga masih akan tumbuh.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual menambahkan, KLM akan cukup berdampak terhadap penyaluran kredit karena akan ada tambahan likuiditas hingga Rp 115 triliun pada 2024. Beberapa sektor yang akan terdampak positif, antara lain hilirisasi, konstruksi, real estate, serta ekonomi kreatif.
”Tergantung dari time horizon juga. Commodity related, termasuk pertambangan, sejauh ini masih lumayan bisa memberi kontribusi (bagi pertumbuhan kredit). Sektor terkait pariwisata, seperti akomodasi, penyediaan makanan minuman, pertanian dan transportasi/telekomunikasi, juga masih akan tumbuh,” ujarnya.
Pertumbuhan kredit Tetap tumbuh
Hasil Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan Maret 2024 menunjukkan, kebutuhan pembiayaan korporasi pada tiga bulan mendatang diperkirakan meningkat dengan saldo bersih tertimbang (SBT) 36,8 persen. Peningkatan tersebut berasal dari lapangan usaha pertambangan, perdagangan, serta reparasi kendaraan, baik mobil maupun motor.
Pembiayaan korporasi ini terutama untuk mendukung aktivitas operasional dan kewajiban jatuh tempo. Sumber pembiayaan selama tiga bulan mendatang paling besar berasal dari dana sendiri, sedangkan pengajuan kredit baru ke perbankan menjadi opsi ketiga setelah pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik.
Di sisi lain, sebagian besar responden sektor rumah tangga saat disurvei menyebut belum memiliki rencana untuk mengajukan pembiayaan. Terdapat sejumlah responden yang berencana mengajukan pembiayaan ke depan, terbagi dalam beberapa periode, yakni dalam tiga bulan ke depan 1,3 persen, dalam enam bulan 1,8 persen, dalam setahun 2 persen dan lebih dari setahun 1,8 persen.
Adapun jenis pembiayaan yang akan paling banyak diajukan, baik untuk masa tiga bulan maupun enam bulan ke depan, yakni kredit multiguna, diikuti oleh kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor. Berdasarkan sumber utamanya, bank umum masih menjadi pilihan mayoritas responden.
Dari sisi perbankan, penyaluran kredit baru pada April 2024 diperkirakan tumbuh melambat terindikasi dari SBT sebesar 77,9 persen, lebih rendah dibandingkan SBT Maret 2024 sebesar 80,9 persen. Perlambatan penyaluran kredit baru tersebut diperkirakan terjadi pada bank umum dan pada hampir seluruh jenis kredit, kecuali kredit konsumsi di luar KPR.