Rizal Mantovani, Aplikasi Ilmu Hitam– Rizal meramu kengerian lambat – laun untuk menggambarkan kehilangan keluarga korban aplikasi ilmu hitam.
Rizal Mantovani sangat bersemangat dikala ditawari buat menggarap Tenung. Beliau memandang ceruk film itu berlainan karena tidak cuma menceritakan horor, namun pula kerumitan keluarga. Sutradara itu mengangkut roman bertajuk serupa buatan Risa Saraswati serta Dimas Tri Aditiyo gali77
” Aku memfoto dongeng yang tercantum sangat berumur di Indonesia. Eksplorasinya buat aku antusias,” ucapnya dikala rapat pers Tenung di Jakarta, Rabu( 30 atau 4 atau 2025). Film itu menggambarkan Linda, korban ilmu gelap yang lemah, lenyap ide, sampai kesimpulannya tewas.
Beliau hidup lagi sehabis dilangkahi kucing gelap, namun teror tidak berakhir, lalu menyerang buah hatinya, Ira, Ari, serta Kiara. Rizal tidak meramu kengerian dengan otomatis, namun lambat- laun buat melukiskan kehabisan keluarga yang dibiarkan Linda.
Enggak langsung puncak biar bisa perasaannya, betul apa enggak ibunya hidup lagi. Kemudian, apa akibat kepada buah hatinya,” ucapnya.
Dikala membaca naskah, Rizal mengetahui kalau tabiat sesama kerabat dapat berbeda walaupun dibesarkan dengan perlakuan yang serupa.” Empati ketiga buah hatinya berlainan. Aku mencermati keluarga lain, nyatanya memanglah betul serta aku coba tunjukan dalam Tenung. Pasti, aku wajib pastikan visual yang sesuai,” ucapnya.
Rizal pula memilin ceruk surat- menyurat Ira yang melimpahkan kegundahannya.” Korespondensi jadi salah satu jiwa filmnya. Metode merajutnya, aku selingi dengan insiden yang ditulis Ira alhasil blend( berpadu),” ucapnya.
Film yang diperankan Aisyah Aqilah, Emir Mahira, serta Sonia Alyssa itu hendak diputar di bioskop mulai 5 Juni 2025.
Dalam masa teknologi yang terus menjadi maju, timbul kejadian mencengangkan yang mengakibatkan perbincangan khalayak: aplikasi berplatform ponsel pintar yang mengklaim bisa mengakses daya supernatural, diketahui warga besar selaku“ Aplikasi Ilmu Gelap”. Aplikasi ini viral di bermacam alat sosial semenjak Maret 2025 serta sudah diunduh lebih dari 200. 000 kali dalam durasi kurang dari 2 bulan. Warga juga dibagi antara mereka yang yakin serta mereka yang berprasangka ini selaku pembohongan berplatform teknologi serta dongeng.
[Apa Itu Aplikasi Ilmu Gelap?]
Aplikasi ini, dengan julukan berbeda- beda di masing- masing program( semacam DarkMantra, JinConnect, sampai RitualApp), menawarkan bermacam fitur yang diklaim bisa mengaitkan konsumennya dengan entitas abnormal, melaksanakan afsun digital, teluh jarak jauh, sampai awal aura. Sebagian aplikasi apalagi menawarkan layanan berbayar semacam pemesanan“ ritual malam Jumat”, pemanggilan khodam, ataupun pelayanan menanggapi marah kebatinan.
Fitur- fiturnya dilengkapi dengan antarmuka mengerikan: kerangka hitam, nada misterius, serta visual pentagram ataupun simbol- simbol kuno. Konsumen lumayan memasukkan julukan sasaran serta memilah tipe‘ ritual’ yang di idamkan. Dalam sebagian tipe bermutu, konsumen dimohon membagikan gambar ataupun benda individu target—yang pasti saja memunculkan kebingungan hendak penyalahgunaan informasi individu.
[Kesaksian Konsumen: Antara Yakin serta Takut]
Rina( julukan alias), seseorang konsumen asal Yogyakarta, berterus terang awal kali memakai aplikasi itu sebab rasa penasaran.“ Awal mulanya hanya coba- coba, pengin ketahui. Tetapi sehabis gunakan ritual‘ pengasihan’, orang yang aku senang seketika bertamu aku sementara itu telah lama lost contact,” ucapnya. Walaupun berterus terang tidak ketahui apakah itu bertepatan ataupun bukan, Rina merasa terdapat‘ tenaga’ yang tidak lazim sehabis memakai aplikasi itu.
Berlainan dengan Rina, Soni( 26), seseorang mahasiswa di Bandung, merasa guncangan sehabis berupaya aplikasi seragam.“ Sehabis aku jalankan ritual‘ penunduk atasan’, bukannya atasan aku angkat tangan, aku malah bisa peringatan sebab kedapatan buka web abnormal di kantor,” tuturnya. Beliau saat ini menyesal serta menghilangkan aplikasi itu dari handphone- nya.
[Aspek Hukum serta Etika: Pelanggaran ataupun Tidak?]
Bagi UU ITE serta KUHP di Indonesia, penyebaran konten beraroma pembohongan, kekerasan kebatinan, ataupun penyalahgunaan informasi individu bisa dikenai ganjaran hukum. Tetapi, antara hukum timbul sebab aplikasi itu tidak dengan cara akurat melanggar pasal- pasal tertentu—kebanyakan sedang terletak dalam ranah“ abu- abu”.
“ Kita lagi menekuni aplikasi sejenis ini,” ucap Kombes Angket Dwi Hartanto dari Cyber Crime Mabes Polri.“ Bila terdapat faktor pembohongan, perampokan informasi, ataupun mudarat orang lain, kita hendak perbuatan. Tetapi bila cuma menawarkan konten fantasi ataupun hiburan, itu jadi tantangan terkini dengan cara hukum.”
Komnas HAM serta Kominfo pula tengah memantau kejadian ini. Dalam statment resminya, Kominfo mengatakan kalau grupnya sudah memohon Google Play serta App Store buat melaksanakan audit kepada aplikasi- aplikasi yang memiliki faktor kebatinan yang berpotensi menggelisahkan warga.
[Analisis Teknologi: Cuma Gimmick ataupun Lebih Dari Itu?]
Ahli IT dari Universitas Indonesia, Dokter. Hendra Surya, berkata kalau beberapa besar aplikasi sejenis ini cumalah gimmick berplatform pemrograman simpel, tidak mempunyai daya apapun.“ Umumnya aplikasi itu cuma mencampurkan audio mengerikan, kartun, serta sebagian ceruk‘ ritual’ yang sesungguhnya tidak tersambung dengan sistem jelas,” jelasnya.
Tetapi, beliau pula mengingatkan kemampuan penyalahgunaan informasi.“ Kala konsumen memasukkan julukan, gambar, apalagi posisi sasaran, ini dapat digunakan buat doxing, akal busuk intelektual, ataupun perampokan bukti diri.”
[Pandangan Adat serta Agama]
Dari ujung penglihatan adat serta agama, aplikasi sejenis ini dikira menyesatkan. MUI( Badan Malim Indonesia) dengan cara jelas melaporkan kalau aplikasi digital yang berhubungan dengan guna- guna serta ilmu gelap berlawanan dengan anutan Islam.
“ Ini wujud terkini dari kesyirikan. Walaupun berplatform teknologi, tujuannya senantiasa serupa: mencari daya tidak hanya dari Tuhan. Pemeluk Islam harus menghindari,” tutur KH. Nurul Huda, Pimpinan Komisi Ajaran MUI.
Tokoh- tokoh agama dari agama lain juga menyuarakan perihal senada. Arahan PGI( Perhimpunan Gereja Indonesia) serta Parisada Hindu Dharma Indonesia menegaskan supaya pemeluk tidak terperangkap dalam jerat kebatinan ilegal yang menggunakan teknologi selaku tameng.
[Psikologi Warga: Mengapa Sedang Laris?]
Psikolog sosial, Dokter. Meta Aisyah, mengatakan kalau ketertarikan kepada aplikasi ilmu gelap memantulkan kegelisahan serta rasa tidak berakal warga.“ Kala seorang merasa tidak sanggup mengganti kondisi dengan metode biasa—baik dalam cinta, profesi, ataupun dendam—mereka hendak mencari jalur pintas, tercantum melalui rute misterius digital.”
Kejadian ini pula diperkuat oleh adat terkenal yang membanjiri warga dengan konten misterius, dari film horor, konten YouTube berjudul kebatinan, sampai cenayang viral di TikTok.
[Respons Program Digital]
Menjawab polemik ini, Google melaporkan kalau grupnya hendak menilai aplikasi- aplikasi yang dikabarkan melanggar kebijaksanaan Play Store. Sedangkan Apple lebih kilat berperan serta sudah menghilangkan 2 aplikasi yang ditaksir beresiko besar kepada pribadi serta psikologis konsumen.
Tetapi, developer aplikasi dari luar negara sedang dapat dengan gampang mengubah julukan serta megedarkan balik aplikasinya lewat rute APK pihak ketiga, yang susah dikontrol.
[Kesimpulan: Butuh Literasi Digital serta Spiritualitas yang Sehat]
Kejadian” Aplikasi Ilmu Gelap” menunjukkan perlunya literasi digital yang lebih kokoh di tengah warga. Konsumen butuh mengetahui resiko jelas dari aplikasi yang mengatasnamakan daya abnormal, bagus dari bagian teknologi, hukum, spiritualitas, ataupun kesehatan psikologis.
Ternyata mencari pemecahan praktis melalui rute kebatinan digital, warga diimbau buat menguatkan keagamaan, meluaskan wawasan, serta menuntaskan bentrokan dengan metode logis serta benar.
Penutup
Walaupun terletak di antara keyakinan, hiburan, serta kemampuan ancaman, aplikasi ilmu gelap jadi kaca dari wajah warga digital hari ini: pintar, tetapi senantiasa gampang goyah oleh yang tidak nampak.