HPP Gabah HET Beras

HPP Gabah HET Beras - Pemerintah Tetapkan HPP Gabah dan HET Beras Permanen. Pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP)

HPP Gabah HET Beras – Pemerintah Tetapkan HPP Gabah dan HET Beras Permanen. Pemerintah menetapkan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan harga eceran tertinggi (HET) beras permanen.

Badan Pangan Nasional menyebutkan, HPP gabah dan HET beras itu masih sama dengan HPP dan HET sementara atau relaksasi.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ditetapkan permanen Rp 6.000 per kilogram (kg). HET beras medium di tingkat konsumen juga ditetapkan permanen Rp 12.500-Rp 13.500 per kg bergantung zonasi.

Sementara itu, HET permanen beras premium nexwin77 ditetapkan Rp 14.900-Rp 15.800 per kg bergantung zonasi. Baik untuk HPP gabah maupun HET beras, besarannya masih sama dengan HPP dan HET pada saat kebijakan relaksasi kedua harga acuan atau patokan itu diterapkan.

”HPP gabah dan HET beras permanen itu berlaku per 5 Juni 2024 hingga ada perubahan aturan penggantinya,” ujar Arief, Sabtu (8/6/2024).

HPP gabah permanen diatur dalam Peraturan Bapanas Nomor 4 Tahun 2024 tentang Perubahan atas Peraturan Bapanas No 6/2023 tentang HPP Gabah dan Beras. Regulasi ini mengatur harga pembelian gabah dan beras berikut rafaksasi (standar mutu) kedua komoditas itu oleh Perum Bulog di tingkat petani dan penggilingan.

Selain HPP GKP petani, ditetapkan juga HPP GKP di penggilingan senilai Rp 6,100 per kg dan HPP gabah kering giling (GKG) di penggilingan senilai Rp 7.300 per kg. Adapun harga GKG dan beras di gudang Bulog ditetapkan masing-masing Rp 7.400 per kg dan Rp 11.000 per kg.

Kemudian, HET beras permanen diatur dalam Peraturan Bapanas Nomor 5 Tahun 2024 tentang Perubahan Peraturan Bapanas No 7/2023 tentang HET Beras. Regulasi itu mengatur HET beras medium dan premium berdasarkan wilayah atau zonasi.

Di wilayah Jawa, Lampung, dan Sumatera Selatan, misalnya, HET beras medium ditetapkan Rp 12.500 per kg. Sementara HET beras premium dipatok Rp 14.900 per kg.

Berdasarkan data Panel Harga Pangan Bapanas per 8 Juni 2024 pukul 12.00, harga rerata nasional GKP petani Rp 5.920 per kg. Harga tersebut di bawah HPP GKP yang ditetapkan Rp 6.000 per kg dan di atas harga rerata GKP pada Juni 2024 yang sebesar Rp 5.380 per kg.

Adapun harga rerata nasional beras medium dan premium di tingkat eceran masing-masing Rp 13.450 per kg dan Rp 15.550 per kg. Harga beras medium dan premium itu telah turun dibandingkan harga rerata Mei 2024 yang masing-masing Rp 13.500 per kg dan Rp 15.560 per kg.

Kendati mulai turun, harga beras di tingkat eceran masih tinggi dibandingkan tahun lalu. Tingginya harga beras tersebut kurang sepadan dengan harga GKP di tingkat petani yang rerata nasionalnya masih di bawah HPP GKP Rp 6.000 per kg pada Mei 2024.

Kondisi itu menyebabkan petani juga terbebani dengan masih mahalnya harga beras. Hal itu terindikasi dari nilai tukar petani, khususnya tanaman pangan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) pada Mei 2024 sebesar 116,71. NTP tersebut turun 0,06 persen dibandingkan April 2024 yang sebesar 161,79.

Adapun NTP subsektor tanaman pangan (TP) sebesar 104,63 atau turun 0,86 persen dibandingkan NTP TP pada April 2024 yang sebesar 105,54. Kendati begitu, NTP dan NTP TP tersebut masih di atas ambang batas 100.

Pada 3 Juni 2024, Pelaksana Tugas Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, penurunan NTP pada Mei 2024 terjadi lantaran indeks harga yang diterima petani turun lebih dalam ketimbang indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani turun 0,16 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani turun 0,1 persen.

”Penurunan NTP TP pada Mei 2024 terjadi karena indeks yang diterima petani turun 0,99 persen, lebih besar dibandingkan penurunan indeks yang dibayar petani sebesar 0,13 persen,” katanya.

Data BPS juga menunjukkan, penurunan indeks yang diterima petani disebabkan penurunan indeks pada semua kelompok penyusun NTP TP. Pada kelompok padi dan palawija, misalnya, nilainya turun masing-masing 0,69 persen dan 1,45 persen.

Penurunan tersebut jauh lebih dalam dibandingkan penurunan harga barang yang dibeli atau dikonsumsi petani, termasuk beras. Hal itu tecermin dari indeks kelompok konsumsi rumah tangga tanaman pangan yang turun 0,22 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *