Kurs Rupiah Menguat ke Rp 15.800 Per Dollar AS

BI Proyeksikan Kurs Rupiah Menguat ke Rp 15.800 Per Dollar AS pada Triwulan IV-2024. Bank Indonesia memproyeksikan nilai tukar

Kurs Rupiah Menguat ke Rp 15.800 Per Dollar AS – BI Proyeksikan Kurs Rupiah Menguat ke Rp 15.800 Per Dollar AS pada Triwulan IV-2024. Bank Indonesia memproyeksikan nilai tukar rupiah berangsur-angsur akan menguat pada semester II-2024. Taksiran BI, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS rata-rata Rp 16.200 pada triwulan II-2024, Rp 16.000 pada triwulan III-2024, dan Rp 15.800 pada triwulan IV-2024.

Asisten Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, Minggu (28/4/2024), menjelaskan, keputusan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 basis poin menunjukkan asiahoki77 risiko ketidakpastian yang dihadapi tidak begitu besar. Namun, dinamika itu tetap perlu direspons dengan kebijakan preemtive dan forward looking.

”Disebutkan sebagai upaya preemtif dan forward looking supaya dampaknya (ketidakpastian) tidak keterusan. Ada beberapa potensi risiko yang harus diantisipasi dan supaya tidak terjadi, kita respons sekarang. Jadi, bukan berdasarkan jangka pendek,” katanya di sela-sela acara Pelatihan Jurnalis di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Dalam sebulan terakhir, dollar AS menguat terhadap berbagai mata uang lainnya, termasuk rupiah. Perkembangan ini menyusul bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), yang memberikan sinyal akan mempertahankan suku bunga acuan tinggi lebih lama dari rencana awal.

Perubahan ini terjadi lantaran inflasi AS masih di atas target 2 persen. Pada saat yang sama, memanasnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah menambah risiko lonjakan harga minyak dunia.

Kenaikan suku bunga acuan BI, Erwin menambahkan, dibutuhkan untuk membuat imbal hasil obligasi pemerintah lebih menarik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Apabila tidak dinaikkan, dikhawatirkan aksi jual investor portofolio asing akan semakin deras.

Berdasarkan data transaksi 22-25 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik masih mencatatkan jual neto sebesar Rp 2,47 triliun. Aksi jual investor nonresiden ini menurun drastis dibandingkan dengan periode 16-18 April 2024 yang mencapai Rp 21,46 triliun.

Namun, sejak awal 2024 hingga 25 April 2024, investor asing di pasar keuangan domestik membukukan jual neto senilai Rp 28,56 triliun. Ini terdiri dari jual neto sebesar Rp 47,26 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp 9,68 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 9,02 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).​

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terus mengalami depresiasi hingga menembus level Rp 16.000 per dollar AS seiring dengan menguatnya indeks dollar AS (DXY) terhadap mata uang utama ke level 106 basis poin. Secara tahun kalender hingga 23 April 2024, rupiah tercatat melemah 5,07 persen.

”BI sudah melakukan intervensi melalui valas yang ada di cadangan devisa. Hanya saja, tidak mungkin terus-terusan mengandalkan itu. Apalagi, ada eskalasi ketidakpastian, termasuk geopolitik, sehingga kami menilai sudah saatnya BI Rate dinaikkan,” ujar Erwin.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juli Budi Winantya mengatakan, BI terus mencermati perkembangan suku bunga acuan AS dan situasi geopolitik sebagai indikator pertimbangan respons kebijakan. Kedua hal ini direspons dengan menempuh kebijakan suku bunga yang untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

Dalam konferensi pers Dewan Gubernur BI pekan lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo memperkirakan, rupiah akan tetap stabil sekitar Rp 16.200 per dollar AS pada triwulan II-2024 dan menguat ke arah rerata Rp 16.000 per dollar AS pada triwulan III-2024. Rupiah lantas akan kembali menguat ke arah rerata Rp 15.800 per dollar AS pada triwulan IV-2024.

Menurut Juli, penguatan rupiah akan sejalan dengan masuknya arus modal asing yang pada gilirannya menjadi cadangan devisa. Dengan demikian, kenaikan suku bunga dalam jangka panjang diharapkan akan membuat rupiah kembali menguat.

”Dari sisi untuk mendorong pertumbuhan, ada instrumen lain yang nanti akan diberikan insentif,” kata Juli.

Oleh sebab itu, BI menilai, dampak kenaikan suku bunga terhadap sektor riil dan pertumbuhan ekonomi relatif terbatas. Pada triwulan II-2024 dan triwulan III-2024, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih dapat lebih tinggi dari triwulan IV-2023 sebesar 5,04 persen. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diprediksi berkisar 4,7-5,5 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *