Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi

Kendati memberi tekanan, setiap krisis selalu memberikan peluang. Kita hanya perlu jeli untuk melihatnya. Dalam bahasa Mandarin, kata yang menyebut krisis itu weiji’. Kata itu terdiri dari wei yang artinya 'bahaya' dan ji yang berarti 'peluang'. Artinya, setiap ada bahaya, krisis, atau ketidakpastian, maka juga ada peluang di dalamnya.

Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian Tinggi – Kendati memberi tekanan, setiap krisis selalu memberikan peluang. Kita hanya perlu jeli untuk melihatnya. Dalam bahasa Mandarin, kata yang menyebut krisis itu weiji’. Kata itu terdiri dari wei yang artinya ‘bahaya’ dan ji yang berarti ‘peluang’. Artinya, setiap ada bahaya, krisis, atau ketidakpastian, maka juga ada peluang di dalamnya.

Saat ini dunia tengah dilanda ketidakpastian yang tinggi. Ekonom Senior Mari Elka Pangestu, dalam sebuah webinar yang digelar IDN Times pekan lalu, mengatakan, memanasnya konflik antara Israel dan Iran akan meningkatkan tensi ketidakpastiaan ekonomi. Fenomena ini pun memicu serangkaian tindakan yang makin menekan perekonomian.

Hal ini akan membuat harga minyak dunia terkerek naik. Sebab, Israel dan Iran adalah negara di jazirah Timur Tengah yang merupakan venetian89 kawasan pemasok minyak dunia. Ketika ada ketegangan di kawasan itu, pasokan minyak akan berkurang, sementara permintaan dunia tetap. Sesuai hukum ekonomi, harga pun akan naik.

Kenaikan harga minyak itu memicu inflasi global termasuk di Indonesia. Hal ini akan menggerus daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan membuat perlambatan ekonomi, tak hanya pada Indonesia, tetapi juga dunia.

Selain ketegangan geopolitik ini, tekanan pada perekonomian Indonesia bertambah seiring terjadinya depresiasi rupiah. Mengutip kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah pada perdagangan Jumat (19/4/2024) ditutup pada level Rp 16.280 melemah 371 basis poins atau 2,33 persen dari awal April yang ada pada level Rp 15.909.

Ekonom Senior Bambang Brodjonegoro dalam forum yang sama mengatakan, sebelum perang terjadi, sejatinya kurs dollar AS sudah menguat dibandingkan mata uang dunia lainnya termasuk Indonesia. Ini karena bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), diprediksi belum akan menurunkan suku bunga acuan dalam waktu dekat. Karena suku bunga The Fed masih tetap tinggi, investor menilai menyimpan uang di AS akan memberikan keuntungan yang lebih besar.

Akhirnya, pemodal di seluruh dunia menarik uangnya dari pasar negera berkembang termasuk Indonesia untuk dipindahkan kembali ke AS sehingga terjadi arus modal keluar (capital outflow) dari Indonesia. Dampaknya, pasokan dollar AS di dalam negeri menurun, sedangkan permintaannya tetap. Akhirnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pun melemah.

Seperti halnya kenaikan harga minyak dunia, depresiasi rupiah itu pun bisa bertransformasi menjadi inflasi. Harga barang produksi manufaktur dalam negeri bisa ikut naik lantaran bahan bakunya masih banyak yang impor. Selain itu, harga barang impor juga ikut terkerek naik seiring dengan depresiasi rupiah (imported inflation).

Baik Bambang maupun Mari mengatakan, dalam kondisi seperti ini akan muncul fenomena flight to safety dari para pemodal dunia. Para pemodal akan memindahkan asetnya menuju instrumen yang lebih berisiko rendah dan menguntungkan.

Pemodal dunia akan memindahkan asetnya pada dollar AS dan US Treasury Bond atau Obligasi Negara AS. Dengan suku bunga acuan The Fed yang belum akan turun dan diiringi tren apresiasi dollar AS, ”memegang” instrumen itu akan jadi keuntungan bagi para investor.

Selain itu, instrumen yang selalu laris manis di kala dunia penuh ketidakpastian adalah logam mulia atau emas. Mengutip situs pemantau harga emas, Logammulia.com, harga emas pada Minggu (21/4/2024) mencapai Rp 1,34 juta per gram.

Angka ini meningkat Rp 37.000 per gram atau naik 2,82 persen dibandingkan Minggu (14/4/2024) atau saat awal terjadinya perang. Bahkan, bila ditarik dari awal tahun ini, harga emas sudah naik Rp 218.000 atau 19,30 persen.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *